Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Said Widodo

Peneliti dan Penulis Sejarah dan Budaya

Puisi | Catatan Antara Kupang - Dili - Baucau

Diperbarui: 10 Desember 2022   14:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Wall Street Internasional Magazine

Pernah kulalui jalan-jalan sepanjang perjalanan pagi dari Tenau, Oelamasi, Kupang menuju Dili.

Jalanan dengan aspal hot mix mulus hingga jalanan buruk rupa, berdebu bila musim kemarau dan berlumpur bila musim hujan tiba hingga Dili.

Menikmati jeruk manis di Soe yang sejuk nyaman dan membeli tasbih cendana, melewati Kefamenanu dan menikmati hutan jati dengan daun-daun gugur di Nenuk, Atambua.

Melalui jalanan sepanjang Bobonaro, Liquica hingga Dili sepanjang pantai Utara pada malam hari dan akhirnya lelahku memuncak karena perjalanan duabelas jam.

Ketika tiba di hotel aku sempatkan istirahat sejenak, mandi malam dan makan malam dengan menu Jawa Solo yang nikmat dan sedap.

Perjalanan masih jauh untuk dilanjutkan menuju Manatuto dan Baucau. Lelahku semalam pagi harinya sedikit terhibur dengan panorama pantai yang indah, berbatu karang, berpasir putih dan laut berwarna biru.

Jalanan berkelak-kelok, naik turun di antara pantai, daratan landai dan tebing curam. Musim kemarau masih terasa, dedaunan meranggas dan rerumputan mengering dan burung-burung pun terbang mencari makan.

Ketika tiba di Kota Lama, Baucau suasana masih ramai dengan lalu lalang orang dan kendaraan. Wajah Mercado Municipal de Baucau masih sama dan ketika tiba di Kota Baru suasana masih sama pula dengan pepohonan mahoni di kanan kiri jalan.

Aku rindu untuk mandi berendam air sejuk di Uailia atau berendam air panas alam di Uailili atau Badaho'o atau mengunjungi danau garam di Nunira dan bermain di pantai pasir Baucau.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline