Lihat ke Halaman Asli

Buku Sahabat Nabi dan The Road to Muhammad

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

DALAM diskusi buku SAHABAT NABI karya Dr.Fuad Jabali (16 Maret 2011) di UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Prof.Dr. Jalaluddin Rakhmat (Ustadz Jalal) menjawab beberapa penanya dan mengomentari pembicaraan Fuad Jabali.

Dalam sesi tanya jawab, ada penanya yang cukup menggelitik yang bertanya tentang pengertian sahabat dan alat uji untuk membuktikan kebenaran hadis juga sirah nabawiyyah.

Ustadz Jalal menjawab bahwa ada tiga penjelasan tentang mana yang termasuk sahabat nabi dan bukan sahabat.

Pertama, lihat al-quran yang membagi dua sahabat, termasuk ciri-cirinya: ashabul jannah wa ashabunnar.

Kedua, nanti di akhirat. Dalam riwayat disebutkan bahwa nanti Rasulullah saw menantikan kedatangan para sahabatnya di telaga alkautsar dan akan terpisahkan antara sahabat yang benar-benar setia dan mengikuti ajaran Rasulullah dengan sahabat yang menyalahi sunnah Nabi atau mereka yang mengubah-ubah ajaran Islam setelah wafat Nabi Muhammad saw.

Ketiga, buka buku The Road to Muhammad (diterbitkan Mizan). “Dalam buku saya ini, Anda akan mengetahui siapa saja sahabat yang termasuk lulusan madrasah Rasulullah saw. Juga akan mengetahui kualitas dan ciri dari para sahabat Nabi yang sebenarnya,” jawab Ketua Dewan Syura IJABI (Ikatan Jamaah Ahlulbait Indonesia).

Adapun mengenai alat uji kesahihan hadis dan sirah nabawiyyah, Ustadz Jalal menyarankan untuk membaca bukunya yang berjudul Al-Mushthafa: Manusia Pilihan yang Disucikan (diterbitkan Simbiosa) yang di dalamnya membahas kajian kritis terhadap hadis dan riwayat yang berkaitan dengan Nabi Muhammad saw, termasuk metodologi studi kritis historis.

“Kalau Anda tak mau susah-susah meneliti seperti Pak Fuad, cukup melihat al-quran dan gunakan akal sehat. Apabila Anda menemukan hadis yang walaupun diriwayatkan Bukhari atau Muslim, bertentangan dengan al-quran, tolaklah. Begitu juga jika terdapat hadis yang tidak dapat diterima akal, yang merendahkan derajat dan kemuliaan Nabi maka wajib ditolak,” pesan Ustadz Jalal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline