Entah kenapa saya adalah orang yang paling kagak suka mengikut kegiatan buka bersama (bukber) dengan teman sekolah. Bukan tidak suka dengan bukbernya tapi ada sesuatu yang tidak bisa saya terima ketika pelaksanaan buka bersama. Mendinganya saya buka bersama keluarga atau tetangga. Itu lebih menyehatkan dan bahagia. Meskipun sederhana, tapi sangat senang dan puas.
Hal yang tidak bisa saya terima adalah teman-teman sekolah itu lebih suka pamer-pamer kekayaan dan keberhasilan hidupnya. Namun disaat mereka mengajak ikut bukber. saya jarang merespon dengan positif. Bagi saya buka bersama ini sudah tidak sehat lagi. Yang tejadi adalah buka-bukaan atau jadi ajang pamer diri kepada rekan-rekan yang mungkin keberhasilanya dibawah mereka.
Memang awal niatnya adalah ingin menjalani tali silaturahmi dengan teman sekolahnya yang sudah lama tidak berjumpa atau berpisah. Tapi herannya teman-teman sekolah itu lebih senang dengan teman-teman yang tingkat ekonominya tinggi ketimbang rekan sekolahnya yang tidak punya apa-apa.
Makanya saya ketika ada bukber yang mendingan tidak datang atau saya hanya menitipkan uang saja kepada teman saya yang ikut bukber alumni sekolah tersebut. Saya rasa tidak enak hati ketika mengikuti kegiatan tersebut. Apalagi ada teman yang hidupnya susah. Tidak memiliki pekerjaan tetap, dan lain-lain. Pasti ada cemoan dan hinaan.
Sementara teman yang sukses berbahagia dengan kekayaanya dan keberlimpahaanya. Teman yang dibawahnya hanya tampak minder dan malu ketika mengikuti kegiatan tersebut.
Apakah pantas mengikuti kegiatan Bukber yang terjadi adalah rasa kecewa. Mendingan tidak usah ikut dan bukber bersama keluarga saja. Atau jika ada rezeki ajak anak-anak yatim buka bersama di rumah kita. Ya nggak.
Menurut KH Miftachul Akhyar, terdapat beberapa kondisi yang dapat menghanguskan pahala puasa akibat bukber, salah satunya lalai dalam menjalankan ibadah salat Magrib.
Selain itu, bukber yang sejatinya untuk menyambung tali silaturahmi sering kali berubah menjadi momen pamer dan bergosip.
Hal-hal itulah yang kemudian dapat menghilangkan pahala puasa. Pasalnya, substansi dari puasa tidak hanya menahan lapar, dahaga, dan syahwat, tetapi juga lisan agar tidak membicarakan sesuatu yang buruk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H