Nelayan menggunakan alat tangkap seperti jaring dan rawai itu adalah sering kita lihat. Tapi ada sebagian nelayan hanya menggunakan kacamata selam mendapatkan tangkapanya. Ya, nelayan ini mencari ikan, kerang, baik berupa shell (kerang kipas), kerang bulu, bulu babi, rangga, gurita, cumi-cumi, sotong dan apapun yang terlintas dimata nelayan akan ditangkap.
Para Nelayan ini menyelam sedalam 3 hingga 4 meter ke dasar laut untuk mendapatkan hasil tangkapannya. Aktifitas menyelam nelayan menggunakan kacamata ini sudah dilakukan nelayan di Desa Rejai Kecamatan Bakung Serumpun Kabupaten Lingga turun temurun.
Hingga saat ini mayoritas masyarakat pulau Rejai adalah sebagai nelayan selam. Ya, memang agak kaget, sebagai pendatang baru di pulau ini. Karena baru kali ini saya melihat cara nelayan mendapatkan hasil tangkapanya dengan menyelam.
Bagi yang baru disini, ada sedikit keraguan ketika baru pertama melihat cara nelayan disini mendapatkan tangkapanya. Lantaran bukan menggunakan jaring. Tapi sedikit ekstrim. Begitulah yang terlintas dipikiran saya.
Namun bagi nelayan Rejai, menyelam sudah menjadi rutinitas mereka setiap hari untuk mencari nafkah. Sehingga tidak ada lagi rasa khawatir ketika pergi menyelam meskipun pergi sediri menyelam di laut, tidak membawa teman ketika bekerja. Bagi kita yang baru pasti ketakutan menyelam sendiri jauh dari pulau tempat kita tinggal.
Saya sendiri sempat merinding ketika mengikuti nelayan disini menyelam hanya bebekalan kacamata. Tidak menggunakan alat bantu pernapasan seperti oksigen. Para nelayan ini mampu menyelam 2 hingga 3 menit kedalam laut.
Setelah tidak kuat bernapas, mereka akan naik ke permukaan untuk mendapatkan oksigen. Kemudian kembali menyelam lagi, begitu seterusnya hingga hasil tangkapan dapat. Nelayan ini mampu menyelam lebih kurang 5 hingga 6 jam di laut. Ketika tangkapan sudah banyak, baru naik ke sampan dan pulang ke rumah.
Kami berangkat ke titik selam dari pukul 06.30 pagi menggunakan sampan kecil saa itu, mendayung sekitar 30 menit sampai ketujuan. Cuaca juga sangat bersahabat, tidak ada ombak. Teduh dan air jernih. Bayangan kita bisa terlihat didalam air.
Saya pun bersiap-siap menggenakan baju dan kacamata selam. Jantung saya sedikit berdetak kuat. Bergumam ketakutan ketika terjun ke laut. Tapi saya berusaha memberanikan diri.
Sementara Nelayan yang saya ikuti itu sudah menggunakan sarung tanggan untuk melindungi tanggan dari bahaya ketika didalam laut. Apalagi ketika menyelam mencari kerang kipas (shell), kita harus melihat kerang itu didalam bebatua karang. Terkadang karang itu harus diangkat untuk melihat shell didalamnya. Sampan yang kami bawa itu diikat dipingangnya. Kemana kami menyelam sampan tetap berada didekat kami.
Ketika sudah tiba ke titik penyelaman, pada saat itu hanya terdengar desihan ombak, suara burung dan monyet meloncat-loncat di pulau Tidak ada lagi suara manusia disini. Begitu juga perahu nelaya. Jauh-jauh jaraknya. ketika terjadi sesuatu atau kelelahan ketika menyelam, tidak ada yang dapat menolong.