Lihat ke Halaman Asli

AHMAD WILDAN SYARIFULLAH

Mahasiswa S-1 Ilmu Hubungan Internasional Universitas Airlangga

Ketika Si Bodoh Merasa Paling Pintar

Diperbarui: 23 Juli 2024   12:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gearon, M. (2019, December 24). Cognitive biases - dunning--kruger effect. Medium.  (https://physics4thecool.blogspot.com/2018/01/dunning-kruger-epoch.html)

Pernahkah kalian merasa sangat paham tentang suatu topik hanya untuk kemudian menyadari bahwa pengetahuan Anda ternyata sangat dangkal? Atau mungkin Anda pernah bertemu dengan seseorang yang begitu percaya diri dalam ketidaktahuannya? Fenomena ini bukanlah suatu kebetulan, melainkan manifestasi dari suatu bias kognitif yang dikenal sebagai Dunning-Kruger Effect. Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh psikolog asal AS, David Dunning dan Justin Kruger pada akhir 1990-an. Efek ini menjelaskan tentang bagaimana individu dengan keterampilan atau pengetahuan yang rendah sering kali melebih-lebihkan kemampuan mereka. Sebaliknya, mereka yang benar-benar kompeten cenderung meremehkan diri sendiri. Artikel ini akan mengupas tuntas tentang Dunning-Kruger Effect serta menyajikan studi kasus yang mengilustrasikan fenomena ini dalam kehidupan sehari-hari.

Dunning-Kruger Effect adalah bias kognitif di mana individu dengan keterampilan atau pengetahuan yang rendah dalam suatu bidang cenderung merasa ahli pada bidang tersebut. Melalui serangkaian eksperimen, David Dunning dan Justin Kruger menemukan bahwa orang yang kurang kompeten tidak hanya membuat kesimpulan yang keliru dan keputusan yang buruk, tetapi juga kurang mampu mengenali kesalahan mereka sendiri. Sebaliknya, orang yang benar-benar kompeten cenderung meremehkan kemampuan mereka, sering kali karena mereka lebih menyadari betapa banyak yang belum mereka ketahui.

Mengapa Dunning-Kruger Effect Terjadi?

Efek ini terjadi karena kombinasi dari beberapa faktor psikologis:

Pertama, Metakognisi yang Lemah. Metakognisi adalah kemampuan untuk mengintrospeksi dan mengevaluasi pemikiran dan pengetahuan kita sendiri. Individu dengan keterampilan rendah sering kali tidak memiliki metakognisi yang memadai untuk mengenali kekurangan mereka sendiri. Mereka tidak memiliki cukup pengetahuan untuk menyadari betapa sedikit yang mereka ketahui.

Kedua, Ilusi Superiority. Individu yang kurang kompeten sering kali memiliki ilusi keunggulan, di mana mereka menganggap diri mereka lebih pintar atau lebih terampil daripada yang sebenarnya. Hal ini terjadi karena mereka tidak memiliki kerangka acuan yang memadai untuk mengukur kompetensi mereka dengan benar.

Ketiga, Faktor Evaluasi. Orang yang kurang berpengetahuan cenderung mengevaluasi diri mereka sendiri dengan standar yang salah atau tidak relevan. Mereka mungkin tidak menyadari kompleksitas topik yang sedang mereka bahas, sehingga merasa yakin bahwa pemahaman mereka sudah cukup.

Sebagai contoh, ada sebuah kompetisi pengetahuan umum di televisi AS. Dalam sebuah episode acara kuis, seorang peserta yang mengaku ahli dalam sejarah dunia dengan penuh percaya diri memberikan jawaban yang ternyata salah total. Ketika diberikan kesempatan untuk menjelaskan alasannya, peserta tersebut malah semakin menunjukkan ketidakmampuannya, namun tetap yakin bahwa dirinya benar. Tentu penonton dan juri dapat dengan mudah melihat kesalahan tersebut, namun peserta tetap kukuh pada pendapatnya. Seusai acara, peserta tersebut masih merasa bahwa juri yang salah dan mengklaim bahwa buku-buku sejarah yang dipelajarinya adalah sumber yang paling benar. Keyakinan ini mencerminkan bagaimana ketidakmampuan mengenali kesalahan dan kekurangan diri sendiri dapat mengakibatkan keyakinan yang salah terus bertahan.

Konklusinya, Dunning-Kruger Effect merupakan fenomena psikologis yang menunjukkan betapa kompleksnya hubungan antara kompetensi dan kepercayaan diri. Orang yang kurang berpengetahuan atau kurang terampil sering kali mendewakan kemampuan mereka, sementara mereka yang benar-benar kompeten cenderung meremehkan diri sendiri. Pemahaman akan efek ini sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari pendidikan hingga dunia profesional, karena dapat membantu kita mengatasi bias pribadi dan membuat keputusan yang lebih baik.

Dengan mengenali Dunning-Kruger Effect, kita dapat lebih sadar akan keterbatasan kita sendiri dan lebih terbuka terhadap umpan balik serta pembelajaran berkelanjutan. Selain itu, kita bisa lebih menghargai perspektif dan keahlian orang lain, yang mungkin lebih kompeten dalam bidang tertentu. Dalam era informasi yang serba cepat seperti sekarang, kemampuan untuk secara kritis mengevaluasi pengetahuan dan kompetensi kita sendiri menjadi semakin penting untuk mencegah penyebaran informasi yang salah dan membuat keputusan yang lebih bijak.

Ungkapan "saya tidak tahu" mungkin terdengar bodoh, tapi kalimat itulah yang sesungguhnya jarang keluar dari mulut orang-orang bodoh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline