Trannformasi Pendidikan:Implementasai Kurikulum Merdeka Melalui Pendekatan Hands-On Larning Menuju Indonesia Emas 2045
Oleh: Ahmad Rusdiana
Kurikulum Merdeka menekankan pentingnya pengalaman belajar langsung (hands-on learning) dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa diharapkan dapat memahami dan mengaplikasikan pengetahuan dengan lebih baik. Hands-on learning, juga dikenal sebagai experiential learning atau pembelajaran berbasis pengalaman, adalah metode pembelajaran yang mengutamakan interaksi langsung siswa dengan bahan pelajaran atau materi pembelajaran melalui aktivitas fisik atau praktik. Hands on activity adalah suatu kegiatan yang dirancang untuk melibatkan siswa dalam menggali informasi dan bertanya, beraktivitan dan menemukan, mengumpulkan data dan menganalisis, serta membuat kesimpulan sendiri (Hendriyan, 2013:15).
Dengan hands on siswa akan mampu memperoleh pengalamannya sendiri secara langsung. Seperti menurut Holsterman et.al (2009), hands on in general means learning by experience (Daniah, 2012: 8). Siswa diberi kebebasan dalam mengkonstruksi pemikiran dan temuan selama melakukan aktivitas sehingga siswa melakukan sendiri tanpa beban, menyenangkan dan dengan motivasi yang tinggi. Pembelajaran dengan menggunakan kegiatan hands on dapat memberikan kesempatan yang luas untuk melakukan dialog dengan guru dan teman untuk meningkatkan keterampilan berfikir siswa Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa hands on dapat berperan dalam proses pembelajaran untuk membangun situasi belajar mengajar yang diharapkan.
Dalam konteks guru profesional dalam implementasi Kurikulum Merdeka dan Merdeka Belajar, pendekatan belajar hands-on memiliki relevansi yang besar. Guru yang mempraktikkan pendekatan ini perlu memiliki pemahaman mendalam tentang bagaimana menerapkannya secara efektif dalam lingkungan kelas mereka. Berikut adalah pembahasan tentang bagaimana guru profesional dapat mengintegrasikan pendekatan hands-on ke dalam praktik mengajar mereka:
Pertama: Pemahaman Mendalam tentang Konsep dan Tujuan Pembelajaran Hands-On: Guru yang profesional perlu memahami dengan baik konsep dan tujuan dari setiap kegiatan hands-on yang mereka rancang. Mereka harus mampu mengaitkan aktivitas langsung dengan tujuan pembelajaran yang spesifik dan mengidentifikasi bagaimana kegiatan tersebut akan membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit.
Kedua: Kemampuan Perencanaan yang Fleksibel: Guru profesional perlu memiliki kemampuan perencanaan yang fleksibel untuk menyesuaikan kegiatan hands-on dengan kebutuhan dan tingkat pemahaman siswa. Mereka harus dapat merancang aktivitas yang sesuai dengan kurikulum yang ada sambil mempertimbangkan gaya belajar siswa dan kebutuhan kelas mereka.
Ketiga: Keterampilan Manajemen Kelas yang Efektif: Implementasi pendekatan hands-on membutuhkan keterampilan manajemen kelas yang efektif. Guru profesional perlu dapat mengatur waktu dengan baik, memberikan arahan yang jelas, dan menciptakan lingkungan yang mendukung bagi siswa untuk terlibat secara aktif dalam aktivitas hands-on tanpa kekacauan.
Keemppat: Penggunaan Sumber Daya yang Tersedia dengan Bijak: Guru yang profesional akan dapat menggunakan sumber daya yang tersedia dengan bijak untuk mendukung pembelajaran hands-on. Mereka dapat memanfaatkan fasilitas laboratorium, peralatan seni dan kerajinan, teknologi, dan kunjungan lapangan untuk memperkaya pengalaman belajar siswa.
Kelima: Evaluasi Berbasis Kinerja: Guru profesional perlu mengembangkan metode evaluasi yang sesuai dengan pendekatan hands-on. Mereka harus mampu mengukur pemahaman siswa tidak hanya melalui tes tertulis, tetapi juga melalui demonstrasi praktik dan proyek yang dikerjakan siswa.