Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Rusdiana

Praktisi Pendidikan, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung- Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat

Membangun Kemandirian Kaum Milenial (Bagian VII): Melalui Fatwa "Bibit-Bobot-Bebet"

Diperbarui: 9 Mei 2024   10:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: https://jabar.tribunnews.com/

Membangun Kemandirian Kaum Milenial (Bagian VII): Melalui Fatwa "Bibit-bebet-bobot"

Oleh: Ahmad Rusdiana

Setelah menggali fatwa Ki Hajar Dewantara tentang "Penghambaan kepada Sang Anak tidak lain daripada penghambaan kita sendiri". Pada bagian ini, kita akan membahas makna dan relevansi fatwa  "Bibit-bebet-bobot" dalam konteks pendidikan kaum milenial di era Globalisasi 5.0, dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip Tamansiswa yang diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara. Fatwa Ki Hajar Dewantara tentanng:" Bibit-bebet-bobot "Berdasarkan asas Tamansiswa, bahwa  "Bibit-bebet-bobot". 

Dalam membentuk keluarga yang baik, sejahtera, perlu memperhatikan bibit, bebet, bobot. Bibit: benih yanng dimaksud anak (calon pengantin); bebet: yang menurunkan (orangtua, asal usul) dari keluarga yang baik ataukah tidak, mempunyai penyakit yang menurun atau tidak, dst; bobot: berat, yang dimaksud adalah mutu dan kualitas.

Dalam konteks pendidikan kaum milenial di era Globalisasi 5.0, prinsip-prinsip yang terkandung dalam fatwa "Bibit-bebet-bobot" Ki Hajar Dewantara memiliki relevansi yang besar. Dalam pembahasan ini, kita akan mengembangkan tiga aspek dari fatwa tersebut dan mengaitkannya dengan tantangan dan tuntutan yang dihadapi dalam era Globalisasi 5.0.:

Pertama: Bibit (Benih): Bibit dalam konteks ini merujuk pada anak sebagai calon pengantin atau generasi penerus. Pendidikan kaum milenial di era Globalisasi 5.0 harus memperhatikan pembentukan karakter, keterampilan, dan pengetahuan yang relevan dengan tuntutan zaman. Di era ini, teknologi menjadi sangat penting. Maka, pendidikan harus memberikan pemahaman yang mendalam tentang teknologi dan kemampuan adaptasi terhadap perkembangan teknologi yang cepat. Selain itu, pendidikan harus memperkuat nilai-nilai kemanusiaan, kepedulian sosial, dan kemampuan berpikir kritis serta kreatif untuk menghadapi kompleksitas dunia yang semakin meningkat. Kedua:

Kedua: Bebet (Asal Usul): Bebet mengacu pada lingkungan dan asal-usul anak, termasuk orangtua dan keluarga. Dalam era Globalisasi 5.0, pengaruh lingkungan semakin kompleks dengan penetrasi teknologi dan budaya dari berbagai belahan dunia. Pendidikan harus mengajarkan penghargaan terhadap keberagaman budaya dan nilai-nilai yang positif dari masing-masing budaya. Selain itu, penting untuk memberdayakan keluarga sebagai lembaga pendidikan pertama dalam membentuk karakter anak. Orangtua perlu diberdayakan dengan pengetahuan dan keterampilan parenting yang sesuai dengan tuntutan zaman, termasuk cara mengelola penggunaan teknologi oleh anak. Ketiga: Bobot (Mutu dan Kualitas): Bobot mencerminkan mutu dan kualitas, baik dalam konteks individu maupun dalam membentuk keluarga dan masyarakat. Di era Globalisasi 5.0, pendidikan harus fokus pada pengembangan potensi individu secara holistik, bukan hanya pada aspek akademis semata. Ini mencakup pengembangan kecerdasan emosional, sosial, dan spiritual, serta kemampuan untuk beradaptasi dan berinovasi. Pendidikan juga harus mendorong kesadaran akan pentingnya keberlanjutan dan perlindungan lingkungan hidup serta memperkuat nilai-nilai moral dan etika dalam berinteraksi dengan sesama manusia dan alam.

Dengan menerapkan prinsip-prinsip "Bibit-bebet-bobot" dalam pendidikan kaum milenial di era Globalisasi 5.0, diharapkan dapat tercipta generasi yang mampu bersaing secara global namun tetap mempertahankan identitas dan nilai-nilai budaya lokalnya. Melalui pendidikan yang holistik dan berbasis nilai, kaum milenial akan dapat menjadi agen perubahan yang positif dalam menghadapi tantangan dan peluang dalam era yang terus berkembang ini.

Pesan moral untuk para milenial adalah pentingnya membangun kesadaran diri, tanggung jawab sosial, dan nilai-nilai yang kuat dalam menghadapi tantangan dan peluang di era ini. Berikut beberapa pesan moral yang relevan:

  • Kesadaran Diri: Kenali dan kembangkan potensi diri secara holistik. Pahami kekuatan, kelemahan, minat, dan nilai-nilai pribadi Anda. Dengan kesadaran diri yang kuat, Anda dapat mengarahkan langkah Anda menuju pencapaian yang bermakna dan membangun hubungan yang sehat dengan orang lain.
  • Tanggung Jawab Sosial: Sadarilah bahwa Anda merupakan bagian dari masyarakat yang lebih luas. Dalam era globalisasi ini, tindakan dan keputusan Anda dapat memiliki dampak yang luas, baik secara lokal maupun global. Ambillah tanggung jawab atas tindakan Anda dan pertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan, masyarakat, dan generasi mendatang.
  • Keterbukaan dan Toleransi: Hargai keberagaman budaya, agama, dan pandangan di sekitar Anda. Jadilah pembawa perdamaian dan promotor dialog antarbudaya. Dalam menghadapi kompleksitas dunia saat ini, keterbukaan dan toleransi adalah kunci untuk membangun masyarakat yang inklusif dan harmonis.
  • Kreativitas dan Inovasi: Berani berpikir di luar kotak dan jadilah agen perubahan. Manfaatkan teknologi dan sumber daya yang ada untuk menciptakan solusi-solusi inovatif atas masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat dan dunia. Kreativitas dan inovasi adalah sarana untuk merespons tantangan dengan cara yang baru dan efektif.
  • Keberlanjutan dan Perlindungan Lingkungan: Sadarilah akan pentingnya menjaga lingkungan hidup untuk kesejahteraan generasi masa depan. Perubahan iklim dan kerusakan lingkungan adalah masalah serius yang membutuhkan tindakan segera. Lakukan tindakan-tindakan kecil dalam kehidupan sehari-hari untuk mengurangi jejak ekologis Anda dan dukung upaya-upaya untuk memperjuangkan keberlanjutan lingkungan.
  • Kebijaksanaan dalam Mengelola Teknologi: Gunakan teknologi secara bijaksana dan bertanggung jawab. Sadarilah potensi positif dan risiko yang terkait dengan penggunaan teknologi. Jaga keseimbangan antara koneksi digital dan interaksi sosial langsung. Gunakan teknologi sebagai alat untuk meningkatkan kehidupan Anda dan memperkaya pengalaman Anda, bukan sebagai pengganti dari kualitas hidup yang sebenarnya.

Dengan menginternalisasi pesan-pesan moral ini, para milenial dapat menjadi agen perubahan yang positif dalam membangun masa depan yang lebih baik untuk diri mereka sendiri, masyarakat, dan planet kita. Wallahu A'lam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline