Buya Hamka adalah nama penanya, nama lengkapnya abdul malik karim amrullah datuk indomo beliau lahir pada 17 februari 1908 [Kalender Hijriyah: 13 Muharram 1326] di Tanah Sirah, kini masuk wilayah Nagari Sungai Batang, Kabupaten Agam, Sumatra Barat. beliau adalah anak pertama dari empat bersaudara, anak pasangan abdul karim amrullah "haji rasul" dan safiyah. Di maninjau, hamka kecil tinggal bersama anduangnya, mendengarkan pantun-pantun yang merekam keindahan alam minangkabau. saat berusia empat tahun, beliau mengikuti kepindahannya orang tuanya ke padang panjang, belajar membaca al quran dan bacaan solat dibawah bimbingan fatimah, kakak tirinya.
Pada 1918, beliau berhenti dari sekolah desa setelah melewatkan tiga tahun belajar. karena menekankan pendidikan agama haji rasul memasukan beliau ke thawalib. sekolah itu mewajibkan murid - muridnya menghapal kitab-kitab klasik, kaidah mengenai nahwu, dan ilmu saraf. setelah belajar di diniyah school setiap pagi, beliau menghadiri sekolah thawalib pada sore hari dan malamnya kembali ke surau. namun sistem pembelajaran di thawalib yang mengandalkan hafalan membuatnya jenuh. kebanyakan murid thawalib adalah remaja yang lebih tua dari beliau pada masa kecil karena materi yang begitu berat untuk dihafalkan. dari mata pelajaran yang diikuti oleh beliau, beliau hanya tertarik pada pelajaran arudh yang membahas tentang syair dalam bahasa arab.
Buya hamka adalah seorang ulama dan sastrawan indonesia. beliau berkiprah penulis, pengajar, dan wartawan. beliau pernah terjun dalam politik lewat partai masyumi sampai pada pembubarannya oleh presiden soekarno, beliau pernah menjabat sebagai ketua majelis ulama indonesia (MUI) yang pertama, dan aktif dalam organisasi muhammadiyah sampai beliau wafat. Dibayang bayangi nama besar ayahnya yakni abdul karim amrullah, beliau waktu remaja sering melakukan perjalanan jauh sendirian. setelah setahun melewatkan perantauannya, beliau kembali ke padang panjang untuk membesarkan organisasi muhammadiyah. kemudian beliau sempat belajar bahasa arab ke mekkah.
Adapun karya-karya beliau antara lain tafsir al azhar, tasawuf modern, falsafah hidup, sejarah umat islam, terusir, buya hamka berbicara tentang perempuan, merantau ke deli, akhlaqul karimah, lembaga hidup, lembaga budi, ayahku, falsafah ketuhanan, pribadi hebat, dari pembendaharaan lama, ghirah cemburu karena allah, bohong di dunia, di tepi sungai dajlah, pandangan hidup muslim, pelajaran agama islam, dari lembah cita-cita, dari hati ke hati, studi islam, adat minangkabau menghadapi revolusi, 1001 soal kehidupan, dibawah lindungan kabah, tenggelamnya kapal van der wijck, dan masih banyak yang lainnya. Namun karya beliau yang sangat terkenal adalah tenggelamnya kapal van der wijck yang menceritakan kisah cinta hayati dan zainudin yang berakhir tragis dan juga sudah difilmkan bersama karya beliau yang lainnya yakni dibawah lindungan kabah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H