Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Faizal Abidin

TERVERIFIKASI

Mahasiswa

Benarkah Panel Surya Tidak Cocok di Indonesia karena Suhu Panas? Begini Penjelasan Ahli

Diperbarui: 23 Oktober 2024   06:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Image by Sebastian Ganso from Pixabay

Seorang warganet menyebut bahwa panel surya kurang efisien di Indonesia karena suhu yang panas. Unggahan ini muncul di akun media sosial X (Twitter) @BetaEpsilon, yang menyatakan, 

"Fakta yang tidak semua orang tahu. Panel Surya kurang efisien karena di Indonesia Panas."

Sebenarnya, panel surya adalah perangkat yang terdiri dari sel-sel fotovoltaik yang berfungsi untuk mengubah sinar Matahari menjadi energi listrik. Meskipun Indonesia memiliki suhu yang panas, panel surya bekerja berdasarkan cahaya Matahari, bukan suhu udara. Cahaya Matahari adalah sumber energi yang diubah menjadi listrik oleh panel-panel tersebut. Namun, suhu yang terlalu panas memang dapat memengaruhi efisiensi kinerja panel surya, karena pada suhu tinggi, efisiensi konversi energi bisa menurun. Idealnya, panel surya akan bekerja paling efisien pada suhu yang lebih rendah meskipun mendapat paparan sinar Matahari yang optimal.

Jadi, meskipun suhu panas di Indonesia dapat menurunkan sedikit efisiensi panel surya, ini bukan berarti teknologi tersebut tidak cocok digunakan. Dengan teknologi yang terus berkembang, panel surya masih menjadi solusi yang efisien untuk memanfaatkan energi terbarukan di wilayah tropis seperti Indonesia.

Penjelasan Ahli

Fauzan Azhiman, Direktur Utama PT. Inovasi Teknologi Desa, menjelaskan bahwa suhu memang mempengaruhi efisiensi panel surya. Semakin tinggi suhu pada panel surya, semakin rendah tegangan dan efisiensi listrik yang dihasilkan. Sebaliknya, jika suhu lebih rendah, panel surya akan menghasilkan tegangan dan efisiensi listrik yang lebih tinggi.

Fauzan juga menekankan bahwa energi yang dihasilkan panel surya berasal dari intensitas cahaya Matahari, bukan dari suhu. Meskipun Indonesia memiliki suhu udara yang panas, hal ini tidak menghalangi cahaya Matahari sebagai sumber energi. Namun, suhu yang tinggi menjadi tantangan karena dapat mengurangi efisiensi panel surya.

Kesimpulannya, suhu yang panas merupakan tantangan atau "musuh utama" dalam memaksimalkan efisiensi panel surya. Dengan perkembangan teknologi, berbagai solusi seperti sistem pendinginan atau penggunaan material yang lebih tahan terhadap panas dapat membantu mengurangi dampak negatif suhu tinggi pada kinerja panel surya di wilayah tropis seperti Indonesia.

Fauzan Azhiman menegaskan bahwa suhu panas di suatu wilayah tidak selalu berkorelasi dengan intensitas cahaya Matahari yang tinggi. Suhu udara dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk aktivitas manusia di daerah tersebut, bukan hanya oleh Matahari. Sebagai contoh, meskipun Jakarta belakangan ini memiliki suhu yang relatif panas, intensitas cahaya Matahari di sana sebenarnya rendah karena terhalang oleh awan polusi yang pekat. Hal ini menunjukkan bahwa polusi udara dapat mengurangi jumlah sinar Matahari yang mencapai permukaan tanah, sehingga memengaruhi efisiensi panel surya.

Ia juga menjelaskan pentingnya melihat spesifikasi teknis panel surya dan menyesuaikannya dengan kondisi di setiap daerah. Ada daerah di Indonesia yang suhunya lebih rendah atau dingin tetapi memiliki intensitas cahaya Matahari yang optimal. Daerah-daerah seperti ini justru lebih ideal untuk memasang panel surya karena suhu rendah dapat meningkatkan efisiensi panel, sementara intensitas cahaya Matahari tetap tinggi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline