Sinopsis
Alya dan Arga adalah dua sahabat yang selalu tampak bertolak belakang. Sejak kecil, mereka sering bertengkar karena hal-hal sepele—dari siapa yang harus duduk di depan di mobil hingga memilih acara TV. Meski sudah tumbuh dewasa, kebiasaan mereka saling berdebat tak pernah hilang. Setiap kali bertemu, selalu ada kesalahpahaman yang membuat keduanya kesal satu sama lain.
Namun, di balik tatapan sinis dan sindiran tajam, ada perasaan yang mulai muncul tanpa mereka sadari. Alya sering bertanya-tanya, mengapa hatinya berdebar setiap kali Arga menatapnya lama-lama, meskipun ekspresi wajahnya datar dan dingin? Dan Arga, yang selalu merasa kesal dengan sifat keras kepala Alya, mendapati dirinya mulai merindukan kehadirannya.
Saat keduanya dipaksa bekerja sama dalam sebuah proyek kampus, hubungan mereka semakin rumit. Dengan banyaknya waktu yang dihabiskan bersama, batas antara persahabatan dan perasaan cinta mulai kabur. Tapi, apakah mereka bisa mengatasi ego dan kesalahpahaman yang selama ini menjadi penghalang, atau justru akan kehilangan satu sama lain?
Dalam suasana penuh tawa, tangis, dan momen-momen manis, "Cinta dalam Tatapan Kesal" menggambarkan bagaimana cinta bisa tumbuh di tempat yang tak terduga, bahkan dalam kemarahan yang paling dalam.
Bab 1: Sebuah Pertemuan yang Tidak Terduga
Matahari sore bersinar lembut ketika Alya melangkah keluar dari gedung kampus, rambut panjangnya tergerai ditiup angin. Hatinya sedang gundah. Minggu ini penuh dengan tugas, dan dosen favoritnya baru saja menambah daftar pekerjaan dengan sebuah proyek besar. Dan tentu saja, ia harus bekerja berpasangan. Sesuatu yang paling tidak ia sukai—berbagi pekerjaan dengan orang lain.
“Kenapa harus berpasangan, sih? Aku bisa melakukan semuanya sendiri,” gumamnya kesal sambil menatap layar ponselnya.
Tanpa memperhatikan jalan, Alya hampir menabrak seseorang. Dengan langkah cepat, orang itu berhasil menghindar tepat waktu.
“Perhatikan jalan kalau jalan, Alya. Nggak semua orang punya waktu buat berhenti mendadak kayak aku,” suara dingin itu terdengar familiar. Alya mendongak dan melihat wajah yang sangat dikenalnya—Arga.