Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Faizal Abidin

TERVERIFIKASI

Mahasiswa

Real Food: Kembali ke Akar, Menuju Kesehatan yang Lebih Alami

Diperbarui: 5 Oktober 2024   06:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pinterest.com/pacifymar 

Pendahuluan

Dalam beberapa tahun terakhir, istilah "real food" atau makanan alami semakin banyak diperbincangkan dan menjadi tren di kalangan masyarakat yang peduli akan kesehatan. Dengan semakin meningkatnya kesadaran tentang pentingnya pola makan yang sehat, banyak orang mulai meninggalkan makanan olahan yang kaya bahan kimia dan beralih ke makanan yang lebih alami. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan "real food"? Apa yang membuatnya berbeda dari makanan lainnya?

Sederhananya, "real food" mengacu pada makanan yang berasal dari alam dan telah mengalami sedikit proses pengolahan. Makanan ini sebisa mungkin dikonsumsi dalam bentuk aslinya, tanpa banyak tambahan zat kimia atau pengawet yang sering ditemukan dalam makanan olahan. Contoh dari real food adalah buah-buahan segar, sayuran organik, biji-bijian utuh, daging tanpa hormon, produk susu segar, dan ikan segar. Real food juga sering kali bebas dari tambahan gula, garam berlebihan, dan lemak trans, yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan jika dikonsumsi dalam jumlah berlebihan.

Dengan mengonsumsi real food, seseorang diharapkan mendapatkan nutrisi yang lebih kaya dan alami dibandingkan dengan makanan yang telah diproses secara berlebihan. Hal ini juga membantu menjaga tubuh tetap sehat, mengurangi risiko penyakit kronis, dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.

Mengapa Real Food Menarik? 

1. Kembali ke Alam 

Dalam era modern ini, makanan olahan menjadi pilihan praktis yang sangat populer. Berbagai produk makanan siap saji dan kemasan menawarkan kemudahan dan kecepatan, terutama bagi mereka yang memiliki gaya hidup sibuk. Namun, di balik kemudahan tersebut, makanan olahan sering kali mengandung bahan tambahan seperti pengawet, pewarna buatan, perasa sintetis, serta gula dan garam berlebih yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan dalam jangka panjang.

Di sinilah konsep "real food" muncul, mengajak kita untuk kembali ke dasar dengan mengonsumsi makanan seperti yang telah dikonsumsi oleh nenek moyang kita. Pada masa lalu, manusia mengandalkan makanan alami dari alam, seperti sayuran segar, buah-buahan, daging hasil berburu, ikan, dan biji-bijian yang diperoleh langsung dari sumbernya. Makanan ini tidak melalui proses industri yang kompleks, sehingga nutrisinya tetap terjaga.

Real food menekankan pola makan yang kembali ke akar, di mana makanan tersebut lebih mendekati bentuk alaminya dan lebih sedikit diolah. Dengan menghindari zat aditif, pemanis buatan, dan bahan kimia lain yang sering terdapat pada makanan olahan, real food menawarkan manfaat kesehatan yang lebih besar. Selain itu, pola makan seperti ini juga selaras dengan pola hidup alami manusia yang selama ribuan tahun terbukti mendukung kesehatan fisik dan mental.

Konsumsi real food tidak hanya membawa kita lebih dekat dengan alam, tetapi juga mendukung keberlanjutan, dengan lebih memilih produk yang organik, lokal, dan minim dampak terhadap lingkungan. Ini mengingatkan kita pada kebijaksanaan lama yang menghargai makanan segar dan alami sebagai sumber energi dan kesehatan yang sejati.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline