Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Faizal Abidin

Mahasiswa dan Guru PAUD

Bayang-Bayang Penyesalan

Diperbarui: 13 Juni 2024   11:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.zerochan.net/

Bab 1: Pertemuan Tak Terduga

Hujan deras mengguyur kota sejak pagi. Di balik jendela apartemen kecilnya, Maya memandangi tetesan air yang berlomba-lomba turun. Hari itu terasa lebih suram dari biasanya, seolah langit pun ikut merasakan kesedihan yang menggulung dalam dadanya.

Maya baru saja menyelesaikan kuliahnya dan bekerja sebagai editor lepas. Dia menghabiskan hari-harinya dengan tenggelam dalam kata-kata, berusaha melupakan kekosongan yang terus menghantuinya. Kekosongan yang mulai muncul sejak perpisahannya dengan Arga, cinta pertamanya.

Arga, lelaki dengan mata cokelat yang selalu memancarkan kehangatan, telah pergi meninggalkan Maya tanpa penjelasan. Mereka berpisah bukan karena kehilangan cinta, tetapi karena kesalahpahaman yang tak terelakkan. Hingga saat ini, Maya terus bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi.

Suara ketukan di pintu mengalihkan perhatian Maya dari lamunannya. Dengan enggan, dia berjalan ke arah pintu dan membukanya. Di depan pintu berdiri seorang pria yang basah kuyup, dengan mata yang tampak tidak asing baginya. Arga.

"Maya, maafkan aku," suara Arga terdengar serak, seperti seseorang yang telah lama menahan perasaan yang membebani.

Maya terdiam, hatinya campur aduk antara marah, rindu, dan bingung. "Kenapa kamu di sini, Arga? Apa yang kamu mau?" tanyanya dengan suara bergetar.

"Aku butuh bicara denganmu, Maya. Aku butuh kamu mendengar penjelasanku," Arga berkata sambil menatap dalam-dalam mata Maya, mencari secercah harapan bahwa dia akan didengar.

Maya ragu-ragu sejenak, lalu mempersilakan Arga masuk. Hatinya berdebar kencang, campuran antara kebahagiaan dan rasa sakit. Dia tidak pernah menyangka akan bertemu lagi dengan lelaki yang pernah mengisi seluruh hidupnya itu.

Mereka duduk di sofa yang terletak di sudut ruangan, suasana hening dan tegang. Hanya suara derasnya hujan di luar yang menemani mereka.

"Kenapa kamu pergi begitu saja, Arga?" tanya Maya dengan suara pelan, hampir seperti bisikan. "Kenapa kamu tidak pernah menjelaskan apa yang terjadi?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline