Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Faizal Abidin

Mahasiswa dan Guru PAUD

Mawar di Kampus: Kisah Cinta Pertama yang Tak Terlupakan

Diperbarui: 8 Juni 2024   10:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pinterest.com/tatevkarapetyan7 


Bab 1: Pertemuan yang Tak Terduga

Angin sepoi-sepoi pagi menerpa rambut panjang Melody saat ia melangkah melintasi gerbang besar Kampus Universitas Bunga Mawar. Matahari pagi yang hangat menyinari langkahnya, dan suasana tenang kampus menggema dengan langkah-langkahnya yang ringan.

Sambil memandangi sekeliling dengan penuh kekaguman, Melody tersenyum. Kampus ini adalah rumah barunya, tempat dia akan menjalani tahun-tahun penting dalam hidupnya, mencari ilmu, mengejar impian, dan mungkin, siapa tahu, menemukan cinta.

Namun, ketika Melody melewati taman bunga yang indah, langkahnya tiba-tiba terhenti. Di antara kelopak-kelopak mawar yang mekar, dia melihat seseorang duduk di bangku taman, terlihat sibuk dengan buku di tangannya. Sosok itu tampak begitu fokus sehingga tidak menyadari kehadiran Melody.

Dengan hati-hati, Melody mendekati sosok itu. Saat dia semakin dekat, dia melihat bahwa itu adalah seorang pemuda dengan rambut cokelat gelap yang berantakan dan sepasang mata cokelat yang dalam. Dia tampak begitu khusyuk membaca buku di hadapannya sehingga Melody tidak berani mengganggunya.

Namun, saat Melody memperhatikan buku yang dibaca pemuda itu, dia tidak bisa menahan senyumnya. Bukannya membaca buku teks seperti yang umumnya dilihat di kampus, pemuda itu sedang membaca novel romantis dengan sampul yang warna-warni.

Saat itulah, tanpa disadari, Melody tersandung di batu kecil dan hampir terjatuh. Pemuda itu mendongakkan kepalanya, dan matanya bertemu dengan milik Melody. Sebuah senyuman terukir di wajahnya yang tampan, dan Melody merasa detak jantungnya berdebar kencang.

"Apa-apaan ini?" gumam Melody dalam hati, wajahnya memerah. Tapi dia tidak bisa menahan senyuman saat pemuda itu berdiri dan menyapanya dengan hangat.

"Maaf, kamu baik-baik saja?" tanya pemuda itu dengan nada lembut.

Melody mengangguk, mencoba menahan rasa malunya. "Ya, iya. Aku baik-baik saja, terima kasih," jawabnya.

Pemuda itu mengangkat alisnya sambil menunjuk ke arah buku yang dia pegang. "Tampaknya kamu juga menyukai buku-buku romantis, huh?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline