Sinopsis
Di bulan Ramadhan, saat umat Islam menahan diri dari hawa nafsu, sekelompok orang justru mencari sensasi dengan menjelajahi dunia mokel di siang hari. Bagi mereka, bulan Ramadhan bukan hanya tentang menahan lapar dan dahaga, tetapi juga tentang menguji batas diri dan mencari kesenangan terlarang. Cerita ini mengikuti kisah beberapa karakter yang memiliki alasan berbeda untuk mencari mokel di bulan Ramadhan. Ada yang ingin melampiaskan rasa penasaran, ada yang ingin mencari pelarian dari kenyataan, dan ada yang ingin menantang norma agama dan sosial.
Di tengah pencarian mereka, mereka harus menghadapi berbagai rintangan dan konsekuensi. Mereka harus berhati-hati agar tidak ketahuan oleh orang lain, karena jika mereka tertangkap, mereka akan dihukum dan dikucilkan oleh masyarakat. Cerita ini bukan hanya tentang sensasi dan dosa, tetapi juga tentang eksplorasi diri, pencarian makna hidup, dan pertentangan antara keinginan dan norma agama.
Bab 1: Bisikan di Siang yang Terik
Matahari tepat berada di atas kepala, memancarkan sinarnya tanpa ampun. Alam terasa enggan berbisik, dibungkam oleh hawa panas yang menyengat. Di kantin langganan yang remang-remang, Arief meringis pelan sambil menyeruput teh tawar yang dingin. Tenggorokannya kering, dahaga akibat puasa semakin menjadi.
"Tahan bentar lagi, bro. Maghrib tinggal hitungan jam," ujar Anton, teman akrab Arief, sambil melahap gorengan pesanannya.
Arief mengangguk pelan. Ibadah puasa di hari pertama memang selalu terasa berat. Namun, bukan dahaga yang sebenarnya menyiksa Arief saat ini. Ada hasrat lain yang menggeliat, dahaga akan sesuatu yang terlarang, sesuatu yang hanya bisa ia akses di jam-jam seperti ini.
"Lo liat postingan Sarah belum?" bisik Anton tiba-tiba, mengedipkan sebelah matanya penuh arti.
Arief tersentak. Sarah. Nama itu seperti alarm yang membangunkan gelisahnya. Perempuan itu adalah "sumber air" bagi kehausan terlarangnya di bulan puasa selama dua tahun berturut-turut.
"Posting apa?" sahut Arief pura-pura tak tahu.