Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Faizal Abidin

Mahasiswa dan Guru PAUD

Aksi Bakar Ban dalam Demo: Simbol Perlawanan atau Vandalisme?

Diperbarui: 28 Februari 2024   20:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto.solopos.com

Aksi demonstrasi di Indonesia seringkali ditandai dengan tindakan membakar ban. Tradisi ini telah berlangsung sejak jaman dahulu dan tampaknya telah menjadi lambang perlawanan rakyat terhadap ketidakadilan. Namun, di balik simbolisme yang diusungnya, aksi membakar ban juga menimbulkan dampak negatif dan memicu perdebatan di kalangan masyarakat. 

Dalam konteks sosial dan politik, aksi membakar ban sering kali dianggap sebagai cara yang efektif untuk menarik perhatian publik dan pemerintah terhadap isu-isu penting yang dianggap merugikan rakyat. Tindakan ini dianggap sebagai bentuk ekspresi kekecewaan yang kuat terhadap kondisi sosial atau politik yang tidak adil. 

Dengan membakar ban, para demonstran berupaya untuk mengekspresikan kemarahan dan ketidakpuasan mereka secara visual, sehingga mampu menarik perhatian lebih banyak orang.

Namun, di sisi lain, aksi membakar ban juga menimbulkan dampak negatif yang tidak bisa diabaikan. Secara langsung, pembakaran ban menghasilkan polusi udara dan limbah beracun yang dapat merusak lingkungan dan kesehatan manusia. Asap dan bau yang dihasilkan oleh pembakaran ban dapat menyebabkan gangguan pernapasan dan berkontribusi pada masalah polusi udara yang sudah ada di kota-kota besar. 

Selain itu, tindakan ini juga dapat menimbulkan kerusakan pada properti dan infrastruktur yang ada di sekitar lokasi demonstrasi, serta mengganggu aktivitas masyarakat yang tidak terlibat dalam demonstrasi tersebut. Selain dampak lingkungan dan sosial, aksi membakar ban juga memicu perdebatan pro-kontra di kalangan masyarakat. 

Sebagian orang mendukung tindakan ini sebagai bentuk perlawanan yang efektif terhadap ketidakadilan dan penindasan, sementara yang lain mengkritiknya karena merusak lingkungan, mengganggu ketertiban umum, dan merugikan pihak-pihak yang tidak terlibat.

Perselisihan pandangan ini seringkali menciptakan polarisasi dalam masyarakat dan dapat mempersulit upaya untuk mencapai solusi yang dapat diterima oleh semua pihak. 

Dalam konteks yang lebih luas, penting untuk mempertimbangkan berbagai alternatif yang lebih damai dan berkelanjutan dalam menyuarakan ketidakpuasan dan menuntut perubahan. 

Dialog yang konstruktif antara pemerintah dan masyarakat sipil, serta penggunaan metode demonstrasi yang tidak merugikan lingkungan dan kepentingan publik lainnya, dapat menjadi langkah-langkah yang lebih efektif dalam mencapai perubahan positif tanpa menimbulkan dampak negatif yang tidak diinginkan.

Alasan di balik bakar ban 


Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline