Pendahuluan
Kehadiran pengurus organisasi eksternal di lingkungan kampus biasanya dianggap sebagai elemen yang dapat menghubungkan dunia mahasiswa dengan berbagai kegiatan dan peluang di luar kampus.
Namun, ironisnya, ketika kita menyelidiki lebih dalam, muncul suatu paradoks yang menarik perhatian: pengurus ini tampaknya memiliki kecenderungan menghindar dari tanggung jawab yang seharusnya menjadi inti dari peran mereka.
Rapat-rapat rutin yang seharusnya menjadi wadah untuk berkoordinasi dan mengawal panitia justru menjadi panggung bagi fenomena "rapat hantu," di mana kehadiran mereka lebih mirip legenda dari pada kenyataan.
Ketika setiap agenda rapat diumumkan, seolah-olah terdapat sihir yang membuat pengurus menghilang tanpa jejak. Mereka memberikan alasan yang terkesan klasik, seperti "agenda yang sibuk," atau bahkan lebih frustasi, ketika ajakan disambut dengan ketidakresponsifan yang mencolok.
Maka, pertanyaan mendasar pun muncul: apakah pengurus ini benar-benar memiliki agenda yang begitu padat, ataukah ada hal-hal lain yang mendasari perilaku mereka yang tampaknya tidak bertanggung jawab?
Dalam essay ini, kita akan menyelidiki lebih lanjut mengenai fenomena "pengurus hantu" ini, menggali alasan di balik rapat yang diabaikan dan ajakan yang tidak direspons. Apakah ini sekedar kebetulan atau merupakan suatu pola perilaku yang perlu mendapatkan perhatian serius?
Melalui penelusuran ini, diharapkan kita dapat mengungkapkan lebih banyak informasi mengenai sikap kurang bertanggung jawab dari pihak yang seharusnya menjadi pionir dan penggerak kegiatan organisasi eksternal.
Dengan pemahaman yang lebih mendalam, kita dapat mencari solusi yang efektif untuk meningkatkan kualitas kepemimpinan mereka, mengawal panitia dengan lebih baik, dan memastikan keberlanjutan organisasi yang lebih dinamis dan tangguh.
Pengantar Isu