Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya (QS Ali Imran : 19).
Ayat di atas menunjukkan bahwa sejarah permusuhan kepada Islam disebabkan karena kedengkian, bukan karena mereka tidak paham akan kebenaran Islam. Faktor kedengkian tentu saja sangat beragam. Kedengkian itu pada prinsipnya adalah anti intelektual. Untuk memahami kebenaran Islam sesungguhnya bukan masalah yang sulit, namun bagi para pendengki, kebenaran Islam tertutupi oleh penyakit hanyanya. Para pendengki tak bisa menerima kebenaran karena kesombongan hatinya, hati para pendengki telah dikunci.
Kedengkian itu anti intelektual, maknanya bahwa penyakit hati akan menutup datangnya kebenaran, meski diberikan argumen sebagus apapun. Meski orang kafir, jika mau membuka pikiran dan hati melakukan kajian secara obyektif, maka hidayah datang kepada mereka. Banyak di antara para ilmuwan Barat yang justru masuk Islam setelah melakukan kajian sians yang terbukti dengan apa yang dikabarkan oleh Al Qur'an. Namun kata kafir itu sendiri asal katanya adalah tertutup (dari hidayah Allah), banyak ditegaskan dalam Al Qur'an.
Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat (QS Al Baqarah : 6-7). Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta (QS Al Baqarah : 10)
Sejarah permusuhan kepada Islam dan Rasulullah serta para pengikut beliau adalah fakta yang dengan sangat mudah bisa ditelusuri. Cara-cara kotor yang dilakukan oleh Abu Jahal dalam memusuhi Rasulullah, antara lain: (1) Menyiksa para pengikut Nabi Muhammad SAW. (2) Mengajak dan memimpin kaum kafir Quraisy memboikot (memutuskan hubungan kekerabatan dan tidak megadakan transaksi) keluarga Nabi, dan para pengikutnya.
Amr bin Hisyam atau dijuluki Abu Jahal yang berarti bapak kebodohan adalah salah satu kaum kafir Quraisy yang paling memusuhi Nabi Muhammad. Hingga matinya, Abu Jahal tidak beriman kepada Allah dan Rasulullah serta ajaran yang dibawanya. Ia mati terbunuh dalam perang Badar dengan kekafirannya. Abu Jahal pernah mengungkapkan tentang hal-hal yang menghalanginya beriman kepada Rasulullah dan ajaran yang dibawanya (Islam Digest, Republika, Senin 21 Sep 2020).
Namun, Abu Jahal menolak seruan dan ajakan Nabi itu. Dan setelah Rasulullah pergi meninggalkan keduanya, Abu Jahal pun menyampaikan pada Mughirah bin Syu'bah tentang mengapa dirinya tak bisa beriman kepada Rasulullah. "Demi Tuhan sebenarnya aku tahu apa yang dia (Rasulullah) katakan memang benar. Tapi ada satu hal yang menghalangiku dari mengimani dia, yaitu bahwa dulu Bani Qushay berkata 'kami memiliki hak Al Hijabah'. Kami pun menyahut, 'baik!' Lalu mereka berkata lagi: 'kami memiliki hak-hak As Siqayah'. Kami pun menyahut 'baik!'. Lalu mereka berkata lagi: 'kami memiliki hak An Nadwah. Kami pun menyahut 'baik!'. Lalu mereka berkata lagi: 'Kami memiliki hak Al Liwa'. Kami pun menyahut 'baik!'. Lalu mereka memberi makanan sebagaimana kami juga memberi makanan. Sampai ketika bahu kami bersentuhan (kedudukan yang setara), mereka berkata: 'Dari nabi ada seorang nabi'. Kalau itu maka demi Tuhan aku tidak akan menyetujuinya," (Sumber: Cahaya Abadi Muhammad SAW Kebanggaan Umat Manusia).
Begitulah watak dasar orang kafir, dengan berbagai alasan, mereka menolak kebenaran Islam, meskipun sudah sangat jelas akan kebenaran Islam. Terlebih Islam adalah agama terakhir yang sempurna dan menyempurnakan agama-agama Nabi sebelumnya. Agama yang datang kemudian adalah agama yang sempurna. Namun aneh jika ada orang muslim yang justru lebih percaya kepada ideologi demokrasi yang usang, dibandingkan ideologi Islam yang benar dan sempurna.
Pada zaman modern ini lebih parah lagi kondisinya, permusuhan Islam dijadikan semacam proyek yang didanai. Entah sudah berapa triliun dana mengalir untuk menghancurkan Islam ini. Banyak orang mengambil proyek-proyek anti Islam, termasuk orang muslim. Mereka mencari uang dari musuh-musuh Islam untuk menghadang kebangkitan Islam dengan cara menebar berbagai bentuk cacian, fitnah dan pembusukan ajaran Islam. Mereka rela menjual aqidah demi seonggok nasi basi dari musuh-musuh Islam.
Berbagai narasi lantas dikembangkan sebagai bagian dari proyek anti Islam ini. Narasi Islam radikal, liberal, moderat dan sejenisnya adalah istilah-istilah Barat yang memang menjadi proyek untuk menghancurkan Islam dari dalam. Anehnya banyak umat Islam yang tanpa merasa bersalah mengambil proyek untuk memusuhi Islam ini demi mendapatkan dunia yang sangat sedikit. Dengan congkaknya mereka selalu meragukan kebenaran Islam dan membanggakan ideologi busuk dari Barat, yakni sekulerisme. Padahal faktanya dengan penerapan ideologi demokrasi sekuler, negeri-negeri muslim semakin terjajah. Bahkan sekarang sekulerisme telah menjelma menjadi sekulerisme radikal.