Lihat ke Halaman Asli

Berhala Modern

Diperbarui: 24 Juni 2022   21:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Oleh : Ahmad Sastra

Zaman jahiliah yang bermakna kebodohan selalu identik dengan penyembahan kepada berhala yang notabene adalah barang mati. Adalah kebodohan yang nyata ketika ada manusia menyembah dan memohon kepada benda mati. Abdul Aziz dalam Chiefdom Madinah: Kerucut Kekuasaan pada Zaman Awal Islam (2016) menyebutkan, setiap kabilah Arab di Makkah memiliki berhala keunggulan masing-masing, tetapi terbiasa pula menyembah berhala dari kabilah lain.

Hubal menjadi berhala yang paling dimuliakan bagi seluruh kaum Quraisy dan bahkan semua kabilah Arab. Di depan patung tersebut, orang-orang musyrik dari pelbagai kalangan, mulai dari rakyat jelata hingga elite politik, membungkuk-bungkuk dan memelas sembari memohon keberkahan dan perlindungan dari rupa-rupa malapetaka.

Hubal adalah satu dari sekitar 360 berhala yang berjejalan di sekitar Ka'bah pada masa Jahiliyah. Kelak, sesudah pembebasan Kota Makkah (Fathu Makkah), Nabi Muham mad SAW menghancurkan seluruh berhala. Selain Hubal, ada lagi beberapa berhala yang termasyhur di Makkah. Di antaranya ada lah al-Lata, al-Uzza, dan Manah. 

Eksistensi mereka disinggung dalam Alquran, surah an-Najm ayat 19-20. Orang-orang musyrik menganggap benda-benda mati itu sebagai anak perempuan Allah. Bentuk kedurhakaan ini jelas-jelas bertolak belakang dengan tauhid, yang menegaskan bahwa Allah tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.

Term thght berasal dari akar kata thagh yang secara bahasa berarti melanggar batas, berbuat sewenang-wenang, kejam atau menindas, melebihi ketentuan yang ada, meninggi dan melampaui batas dalam hal pengingkaran. 

Penyembahan berhala adalah bagian dari perbuatan yang melampaui batas, karena itu berhala adalah salah satu thaghut. Tagut (bahasa Arab: , thaghut) adalah istilah dalam agama Islam yang merujuk kepada setiap yang disembah selain Allah yang rela dengan peribadatan yang dilakukan oleh penyembah atau pengikutnya, atau rela dengan ketaatan orang yang menaatinya dalam melawan perintah Allah.

Thaghut itu selalu menyeru beribadah kepada selain Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dalil-nya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta'ala, yang artinya : "Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah setan? Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu." (Yasin 36: 60).

Thaghut juga maknanya adalah hakim yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Jika ia mempercayai bahwa hukum-hukum yang diturunkan Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak sesuai lagi, atau dia membolehkan diberlakukannya hukum yang lain. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, yang artinya :  "Dan barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir." (Al-Ma'idah 5: 44).

Thaghut juga bisa bermakna seseorang atau sesuatu yang disembah dan diminta pertolongan oleh manusia selain Allah Subhanahu wa Ta'ala, sedang ia rela dengan yang demikian. Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta'ala, yang artinya :  "Dan barangsiapa di antara mereka mengatakan, 'Sesungguhnya aku adalah Tuhan selain Allah'. Maka orang itu Kami beri balasan dengan Jahannam, demikian Kami memberikan pembalasan kepada orang-orang zhalim." (Al-Anbiya' 21: 29).

Kata thaghut dalam al-Qu'ran beserta  derivasinya diulang sebanyak 39 kali yang tersebar dalam 39 ayat dan 27 surat. Setidaknya ada lima bentuk derivasi istilah thaghut ini dengan implikasi makna yang berbeda.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline