Lihat ke Halaman Asli

Pandemi, Sains, dan Politik

Diperbarui: 24 April 2022   14:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh : Ahmad Sastra

Pandemi covid 19 tak kunjung reda di negeri ini, juga di negara lain. Wabah yang sejak Maret 2019 ini makin banyak menelan korban dari waktu ke waktu. Mesti ada sinergi pendekatan saintifik, politis dan spiritual agar menjadi solusi tuntas atas musibah ini.  Dalam perspektif spiritual, segala sesuatu yang menimpa manusia, maka terkategori sebagai musibah.

Di dalam Al Qur'an, Allah telah memberikan petuntuk yang sempurna dalam dalam menyikapi setiap musibah, bahwa musibah adalah bagian dari qadha Allah. Orang beriman harus meyakini bahwa segala sesuatu itu hakekatnya milik Allah dan akan kembali kepada Allah.

(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un" (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). (QS Al Baqarah : 156).

Secara spiritual, selain bersabar, beriman, bertawakal, berikhtiar dan berdoa, semestinya manusia bertobat di saat ditimpa musibah yang menimbulkan berbagai kerusakan dan kesulitan, sebab bisa jadi segala bentuk musibah adalah karena perbuatan manusia itu sendiri. Ada dimensi kausalitas dalam setiap fakta dan peristiwa (lihat QS Asy Syura : 30 dan QS Ar Ruum : 41).

Sementara dimensi santifik adalah usaha mengenali virus ini secara ilmiah dan terukur melalui sebuah riset untuk kemudian menemukan karakteristik virus corona. Rekomendasi para ilmuwan agar masyarakat menjaga jarak, tidak berkerumun, selalu bermasker dan selalu mencuci tangan pakai sabun adalah bagian dari hasil pendekatan saintifik atas fakta corona.

Pendekatan saintifik ini harus menjadi komitmen pemerintah dan rakyat jika masih menginginkan pandemi virus ini segera berakhir. Perberlakukan PSBB mestinya menjadi komitmen kuat bagi pemerintah kepada rakyatnya. Harus tegas siapapun tidak boleh melakukan kerumunan yang berpotensi penularan, baik kaitannya dengan pilkada, hajatan keluarga, maupun berbagai acara hiburan.

Dalam perspektif virologi, virus disebut virion ketika berbentuk partikel independen karena tidak sedang berada di dalam sel atau tidak dalam proses menginfeksi sel. Virion terdiri atas materi genetik berupa asam nukleat seperti DNA dan atau RNA yang diselubungi lapisan protein yang disebut kapsid.

Karakter dasar virus adalah hanya bisa berkembangbiak di saat berada dalam sel makhluk hidup tertentu seperti manusia, hewan dan bahkan tumbuhan. Dalam bahasa teologis, virus ditakdirkan memiliki sifat-sifat tidak seperti makhluk hidup lainnya. meski demikian, disaat menginfeksi, maka virus bisa menyebabkan penyakit dan kematian.

Karena itu karakter khas virus terasosiasi dengan penyakit tertentu pada makhluk hidup. Banyak virus yang menginfeksi manusia seperti virus HIV dan influenza. , virus yang menginfeksi hewan misalnya virus flu burung dan virus tumbuhan semisal virus mosaik tembakau.

Sejarah mencatat banyak virus yang mewabah sepanjang sejarah peradaban manusia. Namun baru di tahun 1728, virus didefinisikan sebagai agen yang menyebabkan infeksi penyakit dan baru ditemukan oleh Dmitri Ivanovsky pada tahun 1892. Meskipun endemik virus telah terjadi pada zaman sebelum masehi, salah satu yang terknal adalah virus smallpox yang menyerang masyarakat Tiongkok pada tahun 1000.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline