Lihat ke Halaman Asli

Pemerintah Ikut Campur Urusan Pemilihan Ketua Umum NU?

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Di saat menjelang muktamar NU di Makasar tanggal 23 Maret 2010 hari ini, SBY memanggil calon kuat Ketua Umum NU saat Muktamar NU ke-32 besuk di Makasar, yaitu KH Said Aqil Siradj dan KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) untuk menemuinya. Pertemuan mereka dengan SBY terjadi masing-masing pada Sabtu dan Jumat. Apa apa ini? Apa  SBY ingin memberikan wejangan khusus pada kedua kandidat agar saat mereka menjabat Ketua Umum NU nanti selalu bekerja sama yang baik dengan pemerintah atau memang ada deal-deal khusus yang mereka lakukan? Atau bahkan SBY ingin memperlihatkan bahwa hanya kedua calon inilah yang direstuinya. kalau ini yang menjadi kenyataan, sungguh patut disayangkan, karena dengan ini semua berati politik ala orde baru telah kembali lagi, di mana seperti kita ketahui bersama bahwa saat orde baru dahulu hanya orang yang mendapat restu dari Soehartolah yang bisa menduduki ketua umum suatu organisasi masa atau organisasi politik. Namun saat itu hanya NU lah salah satu-satunya (kalau boleh dibilang begitu) organisasi masa yang tidak bisa disetir oleh pemerintah. Hal ini terbukti saat Muktamar NU di Capsung tahun 1994, dimana paska muktamar Abu Hasan (yang didukung pemerintah) mengklaim sebagai Ketua Umum NU yang syah, padahal saat muktamar Gus Durlah yang terpilih menjadi Ketua Umum NU. Tapi akhirnya sudah terbukti bahwa Gus Dur lah yang diakui oleh warga nahdliyin sebagai ketua umum NU, bukan Abu Hasan yang didukung pemerintah. Bahakan sampai-sampai paska muktamar pengurus pusat NU yang bisa diterima perkenalan ke Istana harus tidak mengikutsertakan Gus Dur. Dari sejarah di atas sudah jelas sekali bahwa dalam hal pemilihan pengurusnya, NU sama sekali tidak bergantung kepada kemauan pemerintah. Tetapi sekarang kenyataannya, menjelang muktamar dua kandidat kuat dipanggil menghadap presiden dengan tujuan yang tidak jelas. Hal ini tentunya perlu dipertanyakan demi netralitas dalam pemilihan ketua umum NU saat muktamar di Makasar besuk. Hal ini juga dikritisi oleh Drektur Eksekutif Lembaga Survei Nasional (LSN) Umar S Bakry, katnya tindakan ini menunjukkan keduanya memiliki agenda politik untuk melicinkan jalannya menuju ketu umum NU. KH Said Aqil Siradj dan KH Salahuddin Wahid adalah kandidat ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Menurutnya, hal itu tidak sehat bagi pembelajaran politik warga NU karena secara psikologi politik NU akan menjadi subordinat kekuasaan. Selain itu, lanjut Umar, kedatangan Said dan Gus Sholah menemui Presiden mengindikasikan keduanya tidak mempunyai rasa percaya diri. Padahal dDi bawah Gus Dur dan Hasyim Muzadi NU telah berhasil menjaga jarak dengan pusat kekuasaan, kini fenomena positif tersebut kembali akan dirusak oleh keduanya. Secara terpisah pengamat politik Lembaga Survei Indonesia (LSI), Burhanudin Muhtadi menilai undangan Presiden Yudhoyono kepada kandidat ketua umum PBNU menjelang pelaksanaan muktamar sangat mudah ditafsirkan sebagai upaya pemerintah ikut campur dalam urusan internal NU. Undangan kepada dua kandidat, yakni Said Aqil dan Gus Sholah, menurut Burhanudin, juga akan mengundang tanda tanya mengingat kandidat ketua umum PBNU bukan hanya dua orang itu. Kandidat yang lain adalah KH Masdar F Masudi, Ahmad Bagdja, Slamet Effendy Yusuf, KH Ali Maschan Moesa, dan Ulil Abshar Abdalla. Kalau SBY ingin fair mestinya semua kandidat diundang.(Sumber berita baca DI SINI). Kita sebagi warga masyarakat dan juga warga nahdliyyin tentunya mengharapkan agar pemerintah benar-benar tidak ikut campur urusan internal organisasi NU. Kalau sampai pemerintah ikut campur, berarti ini namanya orde baru jilid II. Padahal saat orde baru jilid I pun NU sudah tidak mempan diintervensi pemerintah, sekarang pemerintah malah  mengesankan berintervensi ke NU  dengan dipanggilnya dua kandidat kuat NU untuk menghadap SBY. Kalau misalnya nantinya yang terpilih adalah bukan Gus Sholahudin Wachid ataupun KH Said Aqil Siradj, apa SBY tidak malu dibuatnya karena calon yang direstuinya ternyata tidak terpilih. Apa nantinya akan seperti paska muktamar Cipasung 1994 dimana jajaran pengurus NU yang baru bisa diterima beraudiensi dengan presiden asal minus ketua umumnya ? Semoga saja jalan kritis pemikiran saya tersebut tidak terbukti dan muktamar NU di Makasar hari ini berjalan lancar dan menelorkan keputusan yang membawa kemaslahatan umat serta terpilih pimimpin yang kredibel di mata umat (bukan di mata pemerintah). (AM, 22 Maret 2010). Silahkan baca juga atikel berikut: Pengungkapan MARKUS di Tubuh Polri, Suatu Berkah Mengaku ALLAH, Membuka Akun Facebook Apa Jenis Kelaminmu? Netral Pemimpin Dunia Maniak Jejaring Sosial & Pencitraan SBY Jendral (Pol) Markus : "Siapa Berani Tangkap Saya?" Penundaan Kunjungan Obama, dan Pencitraan SBY 13 Tahun Jadi Pilot Komersial, Ternyata SIM-nya Palsu Barack Obama Akan Mampir ke Gang Dolly? Status FB-mu, Harimaumu

Awas, Judi Lewat Facebook

Gawat, Ibu-ibu & Mahasiswa Gemari Boneka Seks

Saya Benci Sekali Susno Duadji, tapi Sekarang Tidak

Ternyata Cincin Kawin Obama Made in Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline