Lihat ke Halaman Asli

Menebak Akhir Konflik Antara PG (Ical) dan PD

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_73159" align="alignleft" width="186" caption="Foto"][/caption] Akhir-akhir ini Partai Golkar bersuara lantang dalam Pansus Bank Century. Mereka mengeluarkan kesimpulan sementara bahwa telah terjadi kesalahan prosedur dalam proses bail out bank Century. Sementara itu PD dengan lantang menyuarakan bahwa dia akan mengusulkan ke Presiden SBY untuk segera melakukan resuffle kabinet. Tujuan dari resuffle kabinet ini adalah untuk mengganti anggota kabinet dari partai-partai yang tidak loyal dalam koalisi pemerintahan SBY saat ini. Namun ancaman tersebut ditanggapi oleh Partai Golkar lewat Ketua Umumnya bahwa PG tidak takut akan adanya resuffle kabinet, kader-kader PG siap di ganti di kabinet, karena itu semua adalah hak prerogatif presiden. Dan PG tidak berkoalisi dengan PD melainkan berkoalisi dengan SBY. Santer tersiar kabar pula bahwa kelompok usaha Bakrie telah mengemplang pajak sebesar 2,1 T rupiah. Namun Ical dengan entengnya mengatakan bahwa para politisi PG yang duduk dalam Pansus Bank Century untuk tidak terganggu dengan permasalahan pajak yang melilit perusahaannya, karena masalah pajak adalah urusan perusahaan. Dan di dalam perusahaan tersebut keluarga Bakrie hanya memegang 18% saham. Dan disamping itu Ical juga mengatakan bahwa sebaiknya urusan pajak jangan dibawa ke ranah politik, tetapi diselesaikan di pengadilan pajak. Hari ini ramai diperbincangkan bahwa setelah sukses dan mendapat apreasisi publik atas inspeksi mendadak di Rutan Pondok Bambu tempat penahanan Artalyta Suryani, penyuap Jaksa Urip Tri Gunawan awal Januari lalu, kini Tim Satgas Pemberantasan Mafia Hukum mengincar para pengemplang pajak. Satgas yang dibentuk Preisden konon sedang mengincarr Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie. Benarkah demikian? [caption id="attachment_73160" align="alignright" width="200" caption="Foto"][/caption] Melihat arah konflik terbuka antara Partai Golkar dalam hal ini Ketua Umunya dengan para politisi PD. Kita sebagai rakyat disuguhi suatu adegan politik yang kiranya bisa dibaca arah dari akhir permainan konflik ini. Kita mestinya harus selalu ingat bahwa dalam sejarah bangsa ini Partai Golkar belum pernah dan tidak akan pernah menajdi partai yang berada di luar pemerintahan atau menjadi partai oposisi. Karena kalau sampai PG menjadi partai oposisi, maka tunggulah akhir dari kebesaran PG, nama besar PG akan hanya dikenang dalam pelajaran sejarah di sekolah-sekolah. Karena kalau sampai PG menjadi partai oposisi, maka PG akan ditinggalkan oleh para kadernya, karena kita sebagai rakyat tentunya ingat bahwa mayoritas politisi PG selalau bervisi pragmatis. Jadi kecil kemungkinan kalau Partai Golkar akan rela terlempar dari pusaran kekuasaan. Atau dengan kata lain para politisi PG tidak akan tinggal diam kalau sekiranya mereka akan tersingkir dari pemerintahan SBY. Disamping itu, PD kuranglah begitu kuat secara jumlah di parlemen, sehingga tetap memerlukan dukungan dari partai-partai lain untuk menyokong penggolan program-program pemerintahan SBY di parlemen. Dan kebetulan PG lah salah satu partai yang secara lahiriyah dan visi nasional kebangsaan hampir sama dengan PD. Disamping itu juga para politisi PD mempunyai amunisi yang sangat tajam untuk terus menggempur kubu PG agar mereka sedikit menegendur dalam proses penyusunan kesimpulan akhir dalam Pansus Bank Century. Uang 2,1 T rupiah tidaklah sedikit bagi Group Bakrie, sehingga kemungkinan win-win solution akan dimainkan sebagai akhir dari drama konflik anatara PG dan PD saat ini. Jadi akhir drama Pansus Century akan mencapai titik balik bersamaan dengan berakhirnya konflik terbuka antara PG dan PD. Akan tetapi ini hanyalah analisa, hasil akhir mari kita lihat bersama. (AM, 12 Feb. 2010).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline