Lihat ke Halaman Asli

El Sabath

Pengamat Sosial Fenomena

Dialog Tiga Benua: "Black Monday" 19 Oktober 1987 - dan Bintaro: Menelusuri Jejak Kemanusian Kita Hari Ini

Diperbarui: 13 Oktober 2024   16:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanggerang Update.Com Bintaro 19 Oktober 1987.

 "Ke-Indonesian Kita Hari Ini: Menelusuri Jejak Kemanusiaan dalam Pluralitas Indonesia".

TanggerangUpdate.com - Bintaro 19 Oktober 1987.

Reflektif dan Kritik: Tragedi Bintaro 19 Oktober 1987.

Tragedi Bintaro yang terjadi pada 19 Oktober 1987 merupakan salah satu kecelakaan kereta api terparah dalam sejarah Indonesia. Peristiwa ini terjadi ketika sebuah kereta api menabrak truk tangki berisi bahan bakar di perlintasan kereta api di daerah Bintaro, Jakarta Selatan, yang mengakibatkan ledakan dahsyat dan menewaskan lebih dari 150 orang.


Refleksi:


Ketika kita merefleksikan peristiwa ini, kita diingatkan akan pentingnya keselamatan dalam sistem transportasi publik. Tragedi ini menunjukkan bahwa kelalaian dan kurangnya pengawasan dapat mengakibatkan konsekuensi yang mengerikan. Peristiwa ini juga menyoroti pentingnya infrastruktur yang aman, terutama di perlintasan kereta api yang sering menjadi titik rawan kecelakaan. Lebih jauh lagi, tragedi ini mengungkapkan kelemahan dalam sistem manajemen krisis dan tanggap darurat pada saat itu. Kesulitan dalam penanganan korban dan pemadaman api menunjukkan perlunya peningkatan dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana.

Kritik:
Beberapa aspek yang perlu dikritisi terkait tragedi ini dan penanganannya:
1. Kurangnya Pengamanan Perlintasan: Kritik utama ditujukan pada lemahnya sistem pengamanan di perlintasan kereta api, yang memungkinkan truk melintas saat kereta api mendekat.
2. Manajemen Lalu Lintas yang Buruk: Koordinasi antara lalu lintas jalan raya dan kereta api tampaknya sangat minim, menunjukkan kelemahan dalam sistem manajemen lalu lintas terpadu.
3. Ketidaksiapan Tanggap Darurat: Respon yang lambat dan tidak terkoordinasi dari tim penyelamat dan pemadam kebakaran menunjukkan kurangnya kesiapan dalam menghadapi bencana skala besar.
4. Kurangnya Regulasi Keselamatan: Peristiwa ini mengungkapkan kelemahan dalam regulasi dan penegakan standar keselamatan, baik untuk kereta api maupun pengangkutan bahan berbahaya.
5. Minimnya Edukasi Publik: Kurangnya kesadaran masyarakat tentang bahaya di perlintasan kereta api menunjukkan perlunya peningkatan edukasi publik.

Kesimpulan:


Tragedi Bintaro 1987 menjadi titik balik dalam sejarah keselamatan transportasi di Indonesia. Peristiwa ini mendorong perbaikan signifikan dalam sistem keamanan perlintasan kereta api, manajemen lalu lintas, dan kesiapsiagaan bencana. Namun, masih diperlukan upaya berkelanjutan untuk memastikan keselamatan publik di semua moda transportasi. Pelajaran dari tragedi ini harus terus diingat dan diterapkan dalam pengembangan infrastruktur dan kebijakan transportasi di masa depan. Keselamatan harus selalu menjadi prioritas utama dalam setiap aspek pembangunan dan operasional sistem transportasi publik.

Referensi:

1. Nurbianto, B. (2012). "Tragedi Bintaro 1987, Kecelakaan KABursa Peristiwa Dunia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline