Lihat ke Halaman Asli

El Sabath

Pengamat Sosial Fenomena

Fenomena Versus Tajalli

Diperbarui: 12 Oktober 2024   09:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tajalli Efifani.

Eksistensi: Dalam Bahasa Convergensi Problem Filosofis, Noumena Versus Tajanni & Fenomena Versus Tajalli.

Tajalli Efifani.

Eksistensi telah menjadi topik perdebatan filosofis selama berabad-abad, dengan berbagai perspektif yang mencoba memahami hakikat keberadaan. Dalam esai ini, kita akan mengeksplorasi konvergensi antara konsep Barat tentang noumena dan fenomena dengan konsep Timur tentang tajanni dan tajalli, serta bagaimana keduanya berhubungan dengan pemahaman kita tentang eksistensi.

Noumena dan Fenomena: Perspektif Kant.


Immanuel Kant, filsuf Jerman abad ke-18, memperkenalkan konsep noumena dan fenomena dalam karyanya "Critique of Pure Reason" (1781). Kant membedakan antara:

1. Noumena: "benda-dalam-dirinya-sendiri" atau realitas yang ada terlepas dari persepsi kita.
2. Fenomena: penampakan atau manifestasi dari realitas yang dapat kita amati dan alami.

Kant berpendapat bahwa kita tidak dapat mengetahui noumena secara langsung, dan pengetahuan kita terbatas pada fenomena (Rohlf, 2020). Pemikiran ini menantang asumsi tentang kemampuan kita untuk memahami realitas mutlak.

Tajanni dan Tajalli: Perspektif Sufi.


Di sisi lain, tradisi mistik Islam, khususnya Sufisme, memiliki konsep yang serupa namun berbeda:

1. Tajanni: ketersembunyian atau kerahasiaan Tuhan.
2. Tajalli: manifestasi atau penampakan Tuhan dalam ciptaan-Nya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline