Lihat ke Halaman Asli

El Sabath

Pengamat Sosial Fenomena

Sebuah Narasi Pembuka, untuk Kita yang Berakal Sehat : Kedai Kopi, di Klasika

Diperbarui: 1 Oktober 2023   07:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Klasika

Sebuah Narasi Pembuka, Untuk Kita Yang Berakal Sehat : Kedai Kopi, Di KLASIKA.

Klasika, Definisi, Wik-Wik, Ala Wikipedia.

Klasika

Klasika (Serapan dari bahasa Latin: classica) adalah cabang dari Humaniora yang meliputi bahasa, sastra, filsafat, sejarah, seni, arkeologi, dan kebudayaan lainnya di dunia Mediterania kuno (Zaman Perunggu, sekitar 300 SM - Antikuitas Akhir sekitar 300-600 M), khususnya Yunani Kuno dan Romawi Kuno selama masa Antikuitas Klasik (sekitar 600 SM – 600 M). Pada awalnya, studi Klasika merupakan studi utama dalam Humaniora.

          Tergerak di atas definisi, ini terutama, saya pernah mengecap perkuliahan di Fakultas UIN Syarif Hidayatullah, Ciputat, di jurusan Sejarah Peradaban Islam, yang tidak selesai atas beberapa alasan, secara pribadi.

            Saya, pun kemudian melintasi objek dalam berbabagai petualangan dimensial, dalam fenomena, dan artikulasi kata, terkait, dengan motif yang kurang lebih sama. Dan, memutuskan, meyinggahi, di seputaran, Sukarame, sebuah ruang dalam pengertiannya sendiri adalah, "Rumah Ideologi" di Kota Bandar Lampung, yang bernama, KLASIKA. Sebagai, persinggahan, dan orang tak diundang, layaknya, pejalan yang meminta secercah air minum.

https://g.co/kgs/4BMWds

Sebuah Narasi Pembuka, Untuk Kita Yang Berakal Sehat.

https://www.facebook.com/klasika.kader?mibextid=ZbWKwL

               Suatu ketika, saya berkunjung, ke tempat, bernama KLASIKA, sebuah rumah Ideologi dan pengkaderan secara aktif, beberapa kelas dalam materi filsafat, terkait pembelajaran peserta didik, terutama mahasiswa, perguruan tinggi. Dan, kemudian bertemu para kader -pemikiran- pada angkatan ke- 13, kelas mondok di KLASIKA, sedang merumuskan "akal sehat" (common sense) mereka kembali. Saya, pikir tidak jarang para pembelajar dan penuntut ilmu, di ruang-ruang study, di perguruan tinggi, tidak menemukan etos bagi passion atau semangat, dan kecenderungan belajar mereka, yang bisa saja karena faktor badai dari arus kebudayaan di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat, memberi terpaan yang berarti, dan membuat kuada-kuda yang lemah terhempas oleh paradigma, dari kesenjangan terhadap artikulasi realitas, objek, dan spiritual juga, terhadap kontradiksi cara pandang individu, dan parameter kolektif sosial, serta ruang publik, akan moralitas, dan tradisi, serta arus modermisasi, terutama di era yang global dunia industri, yang bersamaan, dengan lajunya, motif, sumberdaya, perekonomian Indonesia, yang menggerus imajinasi dan akal sehat seseorang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline