Lihat ke Halaman Asli

Jawaban atas Kebohongan Arrahmah.com dan GemaIslami.com Terkait Polemik Khazanah

Diperbarui: 24 Juni 2015   14:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Usai pertemuan mediasi antara Pihak Ahlussunnah, KPI, MUI, dan Trans 7, media Salafi Wahabi ramai-ramai membuat berita versi mereka sendiri. Tujuannya hanya untuk menghibur diri mereka sendiri. Padahal mereka tidak hadir di lokasi pertemuan tetapi media Salafi Wahabi sudah sesumbar membuat berita seenak perutnya sendiri.

Tulisan dibawah ini ditulis berdasarkan kisah nyata dan kesaksian salah seorang Jurnalis Tim Ahlussunnah yakni Tim Sarkub yang datang dan hadir dan mengikuti langsung jalannya sidang di gedung KPI Pusat pada tanggal 17 April 2013.

Saya tiba di lokasi sekitar pukul 14.45 WIB dan langsung bertemu dengan Kiyai Ibnu Mas’ud, sesepuh Tim Sarkub, di depan pintu gerbang. Beliau saat itu berdiri bersama seorang laki laki muda bergamis putih dengan imamah di kepala, belakangan saya baru tahu kalau beliau adalah Habib Fachry Jamalullail dari Front Pembela Islam (FPI). Setelah memarkir motor, saya dan sohib karib saya, Irfan Murdianto segera naik ke lantai 6 gedung Bapeten tempat dialog antara tim redaksi Trans 7 dan pihak Ahlussunnah yang melayangkan aduan kepada Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Sesampainya di atas ternyata telah hadir terlebih dahulu Ketua Umum Tim Sarkub KH. Thobary Syadzily al-Bantani, Koordinator Densus 99 Sarkub Habib Mushthofa bin Mohsen al-Jufri dan beberapa kawan Sarkuber dan umat Islam lainnya. Kepada kam,i KH. Thobary mengingatkan agar tetap menjaga adab dan sopan santun selama berada di gedung tersebut.

Hanya selang sepuluh menit kemudian pertemuanpun dimulai, dan ternyata dari pihak Sarkub hanya lima orang saja yang boleh masuk ke ruangan pertemuan. Yang masuk pertama hanyalah KH. Thobary dan Kyai Ibnu Mas’ud, sedang saya tetap berada di luar. Saya sempat bergumam dalam hati: “Yahhhh… Gak bisa masuk ngelihat debat para ulama lagi…., ah nggak apa apa deh… yang penting bisa kopdar ama kawan kawan…”.

Namun tak sampai lima menit kemudian Kyai Ibnu Mas’ud keluar memanggil saya dan seorang kawan yang memegang kamera digital untuk masuk. Memang beberapa jam sebelumnya saat akan berangkat ke gedung KPI tersebut beliau sudah mengamanahkan saya untuk membawa kamera. Dikarenakan saya tak memiliki kamera dan waktunya sangat mepet untuk mencari pinjaman handycam maka saya putuskan untuk merekam moment pertemuan ini hanya dengan aplikasi kamera dari tablet yang saya miliki.

Saya kemudian memasuki ruangan pertemuan yang tidak seberapa besar dengan sebuah meja melingkar di tengahnya. Di dalam telah hadir KH. Thobary, Habib Fachry Jamalulail, Habib Mushthofa Mohsen al-Jufry dan Kiyai Ibnu Mas’ud. Disebelah kanan duduk Kiyai Anshori Dahlan dan Kiyai Misbachul Munir dari Lembaga Dakwah PBNU. Di depan saya persis duduklah para komisioner KPI yang berjumlah 4 orang. Sedangkan di sebelah kiri saya adalah tim redaksi Khazanah Trans 7 yang berjumlah 3 orang dan ustadz Haikal sebagai narasumber mereka. Sisanya adalah para crew Trans 7 yang ikut mengabadikan moment ini dengan kamera mereka yang tentunya jauh lebih canggih dari alat yang saya pakai serta beberapa orang lainnya. Begitu saya duduk tepat dibelakang KH. Thobary mata saya langsung tertuju kepada seraut wajah yang dua hari belakangan sangat familier bagi para facebooker Ahlussunnah. Pemilik wajah yang entah kenapa selalu seperti sedang cemberut itu adalah Pracoyo Wiryoutomo, Wapimred Trans 7, aktor di balik wahabisasi Khazanah. Saya langsung menyalakan aplikasi kamera pada tablet saya dan lalu mulai merekam momen ini, beberapa kali saya zoom wajah Pak Pracoyo ini untuk memastikan memang dialah yang dua hari belakangan jadi trending topic di kalangan facebooker Ahlussunnah.

Pertemuan pun kemudian dimulai, seorang komisioner KPI menyampaikan kata sambutan tentang apa tujuan diadakannya dialog ini. Kemudian dia mempersilahkan pihak yang menyampaikan pengaduan untuk berbicara. Yang pertama mendapat kesempatan berbicara adalah KH. Thobary dari tim Sarkub untuk menyampaikam keberatannya berkenaan dengam program Khazanah. KH. Thobary yang juga menjabat sebagai Ketua Lajnah Falakiyah PWNU Provinsi Banten, menyampaikan keberatannya dengan alur yang teratur dan nada bicara yang kalem namun tegas. Disetiap kata yang beliau ajukan pada tim Khazanah selalu beliau awali dengan kata “maaf” sebagai bentuk penghormatan pada lawan debatnya.

Beliau mengatakan bahwa Khazanah sebaiknya jangan membahas hal-hal yang bersifat furu’iyah, karena jika membahas furu’iyah maka sampai kiamat sekalipun tidak akan ada habisnya. Kemudian beliau masuk ke pokok permasalahan yang menjadi keberatan umatIslam terhadap konten program Khazanah, yaitu mengenai masalah Tawasul yang dikatakan di program tersebut sebagai sebuah bentuk kesyirikan. Beliau memaparkan kesalahan Khazanah yang menggambarkan tawasul dan ziarah kubur dengan menampilkan orang yang menyembah pohon dan kuburan. Beliau mengajak tim khazanah agar jangan sembarangan saja mengutip dalil tanpa tahu dan mengkaji sumber-sumber aslinya. Beliau kemudian menjelaskan kaidah-kaidah ilmu hadits, menjelaskan metodologi tafsir dan lain sebagainya. Lalu beliau katakan bahwa amalan-amalan kami juga berdasarkan dalil-dalil yang kuat dan shohih dan ada di dalam kitab-kitab ulama klasik. Sebab bagi Ahlussunnah wal Jama'ah, sumber hukum itu ada empat, yaitu Al-Qur’an, As-Sunnah, Ijma, dan Qiyas. Tak semua permasalahan di dalam hidup ini mesti ada detil dalilnya di dalam Al-Qur’an karena Al-Qur’an adalah sumber hukum yang sifatnya pure science. Beliau katakan juga bahwa akan teramat panjang jika harus membahas metodologi tafsir secara detil, membahas balaghoh misalnya… “Saya yakin kalau saya bahas balaghoh nggak akan ada yang faham disini, tapi saya nggak maulah pamer ilmu…..”, ujar beliau kepada tim Khazanah. Terakhir beliau mengeluarkan setumpuk kitab klasik milik beliau sebagai rujukan seperti Fathul Bari dan lainnya kepada tim Trans 7.

Pembicara selanjutnya adalah Habib Fachry Jamalulail dari FPI. Berbeda dengan Kiyai Thobary yang berkata dengan lembut, Habib Fachry berkata dengan tegas, penuh semangat dan terkesan galak. Beliau langsung tanpa tedeng aling-aling mengatakan bahwa Tim Khazanah Trans 7 telah menuduh kaum Ahlussunnah wal Jama'ah yang notabene mayoritas di negeri ini sebagai pelaku Syirik karena bertawasul, merayakan Maulid dan melakukan ziarah kubur. Beliau lalu melanjutkannya dengan menjelaskan bahwa di dalam permasalahan agama Islam itu ada yang namanya Ushuludin alias masalah pokok agama dan ada yang namanya masalah Furu’udin atau cabang cabang agama. “Dalam masalah furu’iyah kita boleh berbeda, bahkan perbedaan itu adalah sebuah rahmat. Namun dalam permasalahan Ushuludin seluruh orang Islam harus sepakat, “muafiq”, sama… Tidak boleh ada perbedaan….! Masalah aqidah semua harus sama!” Tegas beliau.

Beliau lalu mengatakan bahwa justru dengan adanya perbedaan maka seharusnya ilmunya semakin bertambah, yang nggak biasa tawasul lalu melihat saudaranya bertawasul maka harusnya berkata “Oh masih ada amalan yang tidak kami ketahui.., bukannya malah menyalahkan kami…”. Lalu beliau melanjutkan: “Sebagai contoh, kalau kita sholat berjamaah di mesjid itu kita akan temukan masing-masing orang takbir ama tahiyatnya macem macem, ada yang tahiyatnya goyang goyang, ada yang tahiyatnya bulet bulet (*beliau mencontohkannya dengan jarinya), kami Ahlussunnah tahiyat kami lempeng!” katanya dalam logat Betawi yang kental. “Lalu apakah setelah sholat kami lalu menyalahkan mereka yang tahiyatnya beda dengan kami…? Lu beda, Lu salah…, Lu syirik, Lu murtad.., Lu kafir…! Kan nggak….” lanjut beliau.

Lantas beliau menjelaskan perihal tawasul, melalui segi etimologi bahasa Arab dan melengkapinya dengan sebuah riwayat tentang Khalid bin Walid r.a yang pernah bertawasul dan bertabaruk dengan 3 helai rambut Rasulullah SAW dalam sebuah peperangan. Beliau lalu menjelaskan bahwa masih banyak masalah cabang-cabang agama yang lainnya dimana kita harus berhati-hati dalam menyikapinya seperti ziarah kubur.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline