Talenta mampu menciptakan masa depan seseorang bila diasah dari dini dan dikenalkan untuk dioptimasi. Begitu kata guruku pagi tadi. Aku jadi kepo dengan diriku sendiri. Sepulang sekolah aku duduk mematung di depan kaca. Aku ambil pulpen dan kutulis apa yang aku bisa. Sambil berkaca , melihat wajahku, ekspresi muka dan juga gesture ku bila bicara. Aku coba baca apa yang aku tulis. Beragam kegiatan memang aku punya. Tiga hari dalam seminggu aku latihan ping -pong di sebuah klub kotaku. Hari minggu aku latihan minimoto dengan teman sebaya. Sore hari aku belajar sambil sesekali mengedit desain secara on line. Aku juga bisa main musik, kentrungan namun tak profesional.
Aku jadi bingung sendiri. Tuhan memberiku terlalu banyak talenta. Dengan belajarku yang biasa saja aku dapat 15 besar dari kelas unggulan di sekolahku. Apalagi bila aku belajar sungguhan pastilah tiga besar aku dapat. Ayah ibu memang sering memperingatkan aku agar aku belajar sungguh-sungguh. Tetapi aku belum bisa 100 % memenuhi keinginan mereka.
Aku tahu kelemahanku. Aku tak bisa fokus dalam waktu yang lama. Aku juga tak bisa melakukan satu hal untuk jangka lama juga. Mungkin orang bilang aku tipe yang harus banyak variasi kegiatan. Tapi aku tetap belum tahu mau jadi seperti apa aku nantinya.
Walaupun aku pernah beberapa kali menjadi juara di event regional balap sepeda motor minimoto itu tak membuatku puas. Tiga tahun aku melanglang buana di dunia balap bahkan sempat dikontrak perusahaan China untuk jadi tim balapnya selama satu tahun saat aku SD kelas VI. Sekarang aku kelas 7 dan fokusku sudah beralih ke tennis meja. Sudah ada kejuaraan yang aku peroleh di O2SN dan juga di POPDA namun itu tak membuatku berhenti berkarya.
Aku masih terus mengasah talentaku sampai puas dengan usahaku. Aku tak tahu aku mau jadi apa nantinya. Yang jelas aku tetap belajar dan ingin memenuhi cita-citaku dan harapan orang tuaku. Ada satu hal yang sekarang aku geluti. Dunia desain kaos. Aku baru saja belajar autodidak dengan ayahku untuk mendesain kaos balapku dan kaos tenis mejaku. Aku telah berhasil mendesain 5 kaos. Kubuat untuk diriku sendiri. Ayah antar aku untuk mencetakkannya secara indi.
Itulah aku, laki -laki kecil, tak begitu gemuk dan sekarang sedang belajar di kelas 7 sebuah SMP di kotaku. Hidupku akan terus bergerak. Teman sekelasku suka sekali bila aku membanyol. Bahkan mereka sering sekali menunggu candaanku di kelas. Pernah aku dipanggil bu guru karena hobbiku yang suka membuat kelas jadi tergelak. Aku merasa tak salah karena aku hanya ingin menghibur mereka. Namun karena diingatkan akhirnya aku kurangi juga kebiasaanku yang menyenangkan ini. Orang bilang sense of humourku sangat tinggi bahkan satu kata bisa aku buat candaan beberapa kalimat. Mamaku juga suka dengan aku yang selalu periang dan tak pernah bersedih. Mamaku selalu bilang bahwa IQ cukup tinggi bahkan paling tinggi d rumah kami. Hanya beliau berpesan IQ tinggi harus diimbangi dengan kemampuan pengendalian diri dan eksploitasi secara positif supaya berguna dan juga memberi kesenangan bagi semua orang. Kemanfaatan sebagai hal yang utama , apalagi untuk orang banyak. Itu kata ayahku saat aku duduk dipangkuannya sambil mencium pipinya. Aku bahagia memiliki mereka berdua. Aku cinta dan sayang mereka dan juga saudaraku.
Talentaku yang terus muncul satu demi satu karena berawal dari hobi yang aku tekuni. Aku hanya suka saja melakukannya. Ketika kemudian orang bilang aku bertalenta maka itu lebih karena aku suka dan tampak hasil dari apa yang aku buat dan lakukan. Agak ribet juga sih mencari definisi talenta untukku sendiri. Paling tidak aku tidak berada di tataran mencari arti tetapi sudah kucoba lakukan apa yang bisa aku kembangkan. Bagaimana dengan kalian ? Apakah talentamu juga kamu nikmati seperti aku ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H