Lihat ke Halaman Asli

Ahlis Qoidah Noor

Educator, Doctor, Author, Writer

Keputusan Terakhir?

Diperbarui: 1 November 2018   08:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Pexels


Cinta itu menuntut bentuk dan Cinta itu butuh diperjuangkan.Itulah kata-kata yang selalu menghantui benak Rita selama tiga hari ini. Dia tak sanggup menciptakan bentuk atas perasaanya pada Tristan walaupun dia sudah dengan terus terang menyatakannya di hadapannya. Bahkan menghadirkan ibunda dan anak-anaknya. Rasa rendah dirinya yang teramat sangat karena perbedaan ekonomi yang mencolok menjadikan Rita tak sanggup memperjuangkan cintanya. Inilah mungkin keputusan terakhir yang harus dia sampaikan ke Tristan.

Tristan mungkin tidak merasakan kecamuk pikiran yang sedang dihadapi oleh Rita. Betapa besar rasa cintanya tak sanggup dia sampaikan. Kerinduan yang dia rasakan setiap malam tak pernah dia larutkan dalam kata-kata ataupun suara pada saat dia ditelpon Tristan.Pun, keluh kesah perasaannya tak sanggup dia utarakan dalam kondisi berdua sekalipun. Mungkin dialah wanita yang aneh di zaman seperti ini. 

Tapi hatinya berkata lain. Sisi hatinya mengajak dia merelakan Tristan dan separohnya memujanya untuk dimilikinya.

Cinta itu tidak harus memiliki dan cinta butuh waktu untuk bisa bersatu. Ah, kata-kata para pujangga cinta kembali mengusiknya. Rita tak pedulikan gemuruh di hatinya yang riuh rendah bernyanyi sepanjang malam berganti pagi. Udara malam tak lagi membuatnya kedinginan dan Matahari pagi tak memunculkan cahaya terang. Semua menjadi abu-abu tak berwarna.

Pagi ini Rita harus masuk kerja seperti biasa. Sebuah bank yang cukup ternama di kotanya. 

Seorang perempuan muda datang ke mejanya. Berpenampilan rapi, rambutnya tergerai, bibirnya merah menyala dan matanya bening seperti boneka. Dia perkenalkan namanya. 

" Saya Shanti.Saya marketing baru di bank ini, mbak. Apakah ini mbak Rita", Kata Shanti memperkenalkan diri. Rita mengangguk dan tersenyum seraya mengulurkan tangan.

Hari berganti minggu menuju bulan. Sudah tiga bulan Shanti satu kantor dengan Rita dan sudah tiga bulan itu Rita tak mendengar kabar Tristan. Sampai suatu hari teleponnya berdering.

" Rita ..apa kabar? Lama tak bertemu kamu. Aku sakit selama sebulan dan kamu tak menengokku sekalipun ", Suara Tristan di ujung telpon seperti sedang meminta perhatian.

Rita tak bisa berkata apa. Tiga bulan memang waktu yang lama dan selama itu pula dia tak sanggup memutuskan. Apakahd akan menerima cinta Tristan ataukah tidak.

" Aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku. Maafkan. Aku kira kamu ke luar negeri seperti biasa kalau lagi tidak menghubungiku ", kilah Rita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline