Lihat ke Halaman Asli

Firman Pratama

pebisnis muda

Jangan Mengaku Punya Tuhan jika Anda Belum Melakukan Hal Satu Ini!

Diperbarui: 9 April 2021   12:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

olahan pribadi

Banyak orang dengan seringnya mengaku punya Tuhan di mulutnya. Tapi dalam perilakunya seringkali mencerminkan perilaku yang tidak ber-Tuhan. Terlalu mudahnya menyebut kata "TUHAN", bahkan dalam kegiatan yang terkesan merusak juga menyebut kata TUHAN.

Entah apa yang ada di pikiran orang-orang yang melakukan pengrusakan tapi di mulutnya berteriak menyebut kata TUHAN. Padahal TUHAN yang diajarkan disemua agama pasti memiliki sifat Maha Pengasih dan Penyayang. TUHAN itu Maha Baik, maka semua sifat kebaikan yang kita kenal pasti itu adalah sifat TUHAN. Miris melihat orang yang mengaku beriman kepada TUHAN, mengaku punya TUHAN tapi perbuatannya jauh dari sifat-sifat TUHAN. Kenapa bisa seperti itu?

Hanya "Mengaku" Punya Tuhan

Kalau anda mendapatkan pertanyaan : "apakah punya TUHAN?" , pasti menjawab "iya, saya punya TUHAN". Tapi begitu pertanyaannya saya ganti "apakah mengenal TUHAN, Seperti apa TUHAN?", pasti anda agak bingung menjawabnya. Padahal kalau anda ditanya "seperti apa istrimu?" pasti anda bisa menjawabnya dengan cepat. Disinilah permasalahnya, mengaku punya TUHAN tapi tidak mengenal bagaimana TUHAN itu. Saya punya teman yang sering membagikan tulisan tentang agama, tentang TUHAN. Bahkan distatus whastappnya tertulis "Mintalah segalannya kepada TUHAN". Lalu pernah disuatu hari teman saya ini menemui saya dan meminta untuk diberikan pinjaman uang. Saya spontan saja bicara ke dia sambil nada bercanda "Bukannya di status wa mu menulis mintalah segalanya kepada TUHAN. Lalu kenapa jadi minta ke saya". Teman saya ini jadi memerah wajahnya dan salah tingkah.

Mengaku Punya Tuhan itu Bukan Hanya di Mulut

Mulut, pikiran dan perbuatan harus selaras dalam mengakui TUHAN. Ini yang disebut dengan mengenali TUHAN. Bukan hanya sekedar dimulut mengatakan "saya punya TUHAN", tapi begitu ada masalah, ada kesulitan malah sibuk mencari bantuan manusia lainnya. Sering mengatakan "saya punya TUHAN" tapi tidak berani berpikir yang besar, tidak berani membuat mimpi besar. Sering mengatakan "saya punya TUHAN" tapi begitu bertemu orang masih ada rasa tidak percaya diri. Sering mengtakan "saya punya TUHAN" tapi sering meremehkan kekuatan diri sendiri akhirnya muncul minder.

Lalu dimana "TUHAN"nya? kalau masih sibuk mencari bantuan manusia lainnya, masih takut membuat mimpi besar dan masih sering tidak percaya diri

Mengaku Punya TUHAN itu Harusnya Kenal

Ketika kita memiliki sesuatu benda sudah seharusnya kita tahu dan kenal dengan benda tersebut. Oh ya, saya teringat sebuah kejadian di ruang dosen ketika masih sebelum pandemi. Ada mahasiswa baru sepertinya yang masuk ke ruang dosen teknik informatika, mahasiswa ini bertanya ke saya "pak, ruangannya pak firman yang mana ya?". Saya tersenyum dan menjawab "mas mencari pak firman, coba tanya ke pak min tuh yang lagi nyapu". Mahasiswa ini menuju pak min dan sepertinya bertanya yang sama. Karena saya melihat pak min tertawa menoleh ke saya. Kemudian mahasiswa ini menghampiri saya lagi "maaf pak, saya tidak tahu kalau bapak itu pak firman". Lucu ya, tahu namanya tapi tidak kenal. Kalau tidak kenal dengan TUHAN bagaimana mau mencari-NYA dan meminta kepada-NYA.

Mengaku punya TUHAN itu tidak bisa asal mengaku, tidak bisa hanya sekedar bicara. Tapi lebih baik terlihat diperbuatan. Lebih baik, tidak perlu diucapkan "saya punya TUHAN", tapi langsung saja diterapkan dalam pola pikir kita dan dalam perilaku kita sehari-hari.

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda kekuasaan ALLAH bagi orang-orang yang berakal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline