“Membaca buku adalah jendela dunia”, sebuah tulisan yang mungkin sering anda lihat, atau anda dengar sebagai nasehat dari guru-guru anda. Sama juga ketika tadi saya perjalanan pulang ke rumah ada sebuah baliho besar dijalan yang bertuliskan hal yang seperti itu. Membaca buku, dari sejak sekolah dasar, bahkan dari sejak anak-anak kita disuruh untuk membaca. Saya pun juga memiliki hobi untuk membaca, tapi banyak orang mungkin juga termasuk anda bahwa membaca buku tidak menjamin seseorang itu memiliki pemahaman yang benar terhadap sesuatu. Tahukah anda bahwa apa yang anda baca itu juga berpengaruh terhadap pikiran anda, dan apa yang ada di pikiran tentunya berpengaruh terhadap kehidupan anda.
Tulisan di baliho tadi saat saya dalam perjalanan pulang memberi saya inspirasi untuk menulis artikel malam ini, bahwa belum tentu juga membaca itu membuka jendela dunia, belum tentu juga membaca itu menambah pemahaman kita, belum tentu juga dengan membaca itu membuat tambah pintar. Kenapa saya tulis seperti itu, iya karena sering saya mendapat pertanyaan dari banyak orang yang “mengaku” dan “menganggap” dirinya sudah membaca buku dan sudah belajar lalu mengklaim dirinya memahami sesuatu. Ada pertanyaan yang sering saya dapatkan adalah “mas firman, di bukunya A ditulis bahwa pikiran bawah sadar itu harus diaktifkan sehingga butuh proses aktivasi”, ya tentu saya jawab “salah bukan seperti itu”, eh di jawab lagi “masak yang nulis buku itu salah”.
Membaca buku dan belajar sesuatu dibutuhkan kecerdasan yang cukup dalam memahami, kecerdasan dalam memilih buku, dalam menginterpretasikan isi buku, apalagi anda tidak bertemu dengan yang membuat buku itu. Oh ya, ada lagi “yang penting itu hati mas, itu yang perlu dipelajari. kalau belajar pikiran cukup baca buku the secret aja sudah cukup, ngga perlu belajar AMC”, kiriman pesan melalui whatsapp ke saya. Lalu saya balas “sepertinya anda belum paham tentang Pikiran dengan benar dan utuh deh”. Dalam kasus ini, maka bukan bukunya yang keliru tapi interpretasi orang tadi yang salah tentang isi buku the secret itu. Kesalahan dalam pemahaman isi buku itu sudah terlihat dari pertanyaan itu hehe.
Seperti kemarin minggu, ada peserta privat dari pekalongan, beliau seorang guru agama yang sudah senior, sepanjang kelas AMC, dalam kelas dia sering berkomentar “bener juga ya mas, berarti semua buku dan semua pemahaman saya tentang diri selama ini keliru”. Saya senang ketika seseorang mau mengakui kekeliruannya, karena dengan mengakui kesalahpahamannya selama ini maka disitulah kunci masuknya ilmu ke dalam diri seseorang. Tapi, kalau belum belajar sudah ngotot tidak mau dibenahi pemahamannya ya itulah sebenarnya penyebab “tertutupnya” pintu hidayah seseorang.
Berhati-hatilah, dengan apa yang anda pelajari, dengan apa yang anda baca. Belum tentu dengan semua buku itu mengandung “manfaat” bagi kehidupan anda, bisa jadi buku itu menjadi sumber kekacauan dalam hidup. Kecerdasan dalam membaca dan belajar, dimulai dengan memahami bagaimana Pikiran bekerja supaya memahami bacaan seperti apa yang bagus untuk perbaikan hidup kedepannya. Tujuan saya membuat AMC memang untuk mengembalikan manusia kepada fitrahnya sebagai makhluk yang cerdas, cerdas dalam melihat, cerdas dalam membaca, cerdas dalam mendengar. Kalau anda mau merenung dan menyadari sepenuhnya maka pasti anda terkejut bahwa selama ini banyak buku yang terlihat bagus tetapi justru membuat hidup jadi jelek, banyak bacaan yang terlihat positif tetapi justru menjadikan diri malah negatif. Yup, cerdaslah dalam membaca, cerdaslah dalam belajar memahami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H