Lihat ke Halaman Asli

Firman Pratama

pebisnis muda

Ketika Salah Memahami Makna Penggandaan Uang, Ujung-ujungnya Tertipu

Diperbarui: 29 September 2016   15:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Beberapa hari ini ramai di pemberitaan tentang penangkapan seseorang yang selama ini dikenal sebagai tokoh yang terlihat bisa menggandakan uang, namanya Taat Pribadi. Karena banyak beredar videonya di media sosial yang terlihat mengeluarkan uang dari punggungnya lalu dibuang-dibuang ke hadapannya. Saya menulisnya dengan kata “terlihat”, karena memang yang terlihat di mata saya, terlihat dimata semua orang memang keluar uangnya dan uangnya asli. Apakah salah kalau dia mengatakan “saya bisa mengeluarkan uang dari punggung saya?”, tentu tidak salah. Yang salah adalah anda yang meresponnya, banyak orang menganggap uangnya keluar dari punggungnya entah dari mana asalnya. Padahal ya memang dari punggungnya hehe.

Melihat hal seperti itu harusnya sama dengan melihat acara sulap di televisi, bahkan sama dengan melihat tayangan sinetron atau film juga. Coba ketika Anda melihat para pesulap menghilangkan sebuah benda ditangannya, bukan sebuah kebohongan ketika pesulap itu mengatakan “saya bisa menghilangkan benda”, misalnya yang lain lagi ketika ada adegan pesulap menusuk-nusuk tubuh asistennya dengan pedang tetapi si asisten itu tidak terluka, tentu boleh juga pesulap itu mengatakan bahwa “saya bisa menusuk seseorang dengan pedang tetapi tidak terluka”. Semua statement atau pernyataan itu benar karena memang seperti itu yang terlihat. Tetapi, kalau kita mau menjadi pribadi yang cerdas, perhatikan ketika menusuk nya dilakukan didalam kotak, kemudian menghilangkan benda juga ada kain penutupnya. iya kan?

Coba saja kita suruh menusuk asistennya tanpa kotak, lalu menghilangkannya tanpa penutup hehe. Ya itulah namanya permainan sulap, ada sebuah statement dari alumni AMC yang juga pesulap, “mas firman, sulap itu bohong tetapi pesulap bukan pembohong”. Semua hal yang ditunjukkan oleh pesulap itu semuanya hanya bohong saja, tetapi pesulap yang mengatakan tentu bukan bohong. Selama ini banyak orang terpukau ketika melihat sebuah “pertunjukan” yang terkesan aneh, kalau bahasa jawanya adalah “gumun”, heran ketika melihat sebuah pertunjukan atau aksi yang dianggap tidak masuk akal. Lalu langsung menyebutnya kesaktian, menyebutnya karomah, menyebutnya kelebihan. Padahal bisa saja itu hanya “permainan” saja. Dibutuhkan kecerdasan dalam melihat berbagai pertunjukan itu, sehingga tidak cepat “gumun” yang berujung terpengaruh dan terpedaya.

Teringat dulu ketika masih di jaman jahiliyah, saya juga pernah bertemu dengan orang yang sekarang ditangkap polisi itu, hanya dulu ketika melihat pertunjukan mengambil uang dari punggung itu saya bertanya “pak kanjeng, boleh saya menyentuh punggungnya?” eh beliau malah marah-marah lalu mengatakan “kamu belum maqomnya”. Saya kaget saja, kenapa berkata seperti itu, seharusnya ketika tidak ada yang disembunyikan maka seharusnya membolehkan untuk menyentuh punggungnya. Banyak orang yang kagum, tertegun dan “gumun” ketika melihat pertunjukan itu, pertunjukan menggandakan uang, apalagi ditambah dengan baju surban putih, tulisan-tulisan arab dan berbagai interior lain yang melengkapi “sugesti” untuk mempengaruhi orang sehingga mau mengeluarkan mahar yang cukup besar dengan harapan kembali berlipat ganda.

Kecerdasan melihat sesuatu, kecerdasan dalam mengontrol diri tidak bisa diukur dengan gelar akademik yang tinggi. Meskipun sudah profesor, tetapi belum memahami Pikiran dengan benar dan utuh maka pasti juga mudah diperdaya dan dibohongi. Itulah tujuan saya membuat AMC sebagai panduan dalam mengenali,mengontrol dan memaksimalkan Pikiran sehingga tidak mudah kagum dengan berbagai hal yang selama ini dianggap kesaktian. Karena ada orang-orang yang ingin memanfaatkan “kebodohan” sebagian orang yang lain untuk memunculkan anggapan dirinya sakti dan punya kelebihan. Padahal sesungguhnya semua orang itu “SAKTI”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline