Lihat ke Halaman Asli

Firman Pratama

pebisnis muda

Bangsa yang Merdeka dimulai dari Pribadi yang Merdeka

Diperbarui: 14 Agustus 2015   11:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kemerdekaan, adalah sebuah kata yang diinginkan oleh setiap orang bahkan oleh setiap bangsa, setiap negara. Di bulan Agustus ini, kita sebagai bangsa Indonesia pasti dengan sangat mudah sekali menemukan kata-kata “merdeka” disekitar kita, dilingkungan perumahan tempat kita tinggal, di pusat perbelanjaan juga banyak kata-kata merdeka yang beterbaran, misalnya “semarak merdeka”, “diskon kemerdekaan”, bahkan warna merah dan putih juga mulai banyak kita lihat. Ya memang karena bulan ini adalah peringatan kemerdekaan bangsa Indonesia, kemerdekaan dari “penjajahan” dari bangsa lain, tanggal 17 agustus adalah hari dimana kemerdekaan itu dideklarasikan sebagai bukti bahwa kita memang merdeka, merdeka untuk mengurus nasibnya sendiri, merdeka untuk mengatur kehidupan berbangsa sendiri, tapi apakah pribadi kita sudah merdeka?

Merdeka, apa sih artinya merdeka? kalau dari pemahaman selama ini adalah kebebasan menentukan nasib sendiri, kebebasan mengatur kehidupan sendiri. Di segi bangsa mungkin kita sudah merdeka, mungkin lho ya, kita sudah bisa menentukan lambang negara sendiri, kita bisa membuat bendera sendiri, kita bisa menentukan mata uang sendiri, kita bisa bebas berjalan diseluruh wilayah negara ini. Tapi..bagaimana jika anda lihat barang-barang disekitar anda, coba anda lihat labelnya, barang mana saja yang dibuat oleh bangsa kita sendiri? anda pasti banyak menemukan barang-barang yang dibuat oleh luar negeri, barang-barang yang diimpor dari luar negeri, benar? Bukannya kita sudah merdeka ya?

Lalu coba saja, ketika anda secara halus dipaksa untuk mengikuti sebuah bisnis, bisnis yang berasal dari luar negeri, anda diberikan keuntungan-keuntungan yang seolah terlihat besar, terlihat baik, lalu anda mengikutinya, berjuang mati-matian untuk bisnis itu? sementara keuntungan besar malah lari ke luar negeri, padahal seharusnya masuk kedalam negeri? bukannya kita sudah merdeka ya?

Saat anda melihat film-film amerika di bioskop, anda melihat bagaimana canggihnya teknologi di amerika, bagaimana di film itu diceritakan bahwa ketika gedung putih amerika diserang oleh sekelompok teroris, presiden ditahan, lalu masih ada satu polisi yang kuat masih bisa menyelamatkan amerika, masih bisa mengalahkan semua teroris itu, anda pun mengangguk-ngangguk dengan cerita itu lalu tertanam di benak anda, “wah amerika hebat ya”, bukannya anda sedang dimasuki “program jajahan” ya?

Coba anda lihat ketika negara ini membutuhkan hutang dari berbagai negara didunia ini, hutang terus diminta, jumlahnya semakin membesar, ketika hutang membesar maka siapa yang memiliki kewenangan menarik hutangnya? tentu yang memberi hutang kan, sama ketika anda meminjam uang kepada orang lain, anda terus meminjam maka tentu anda menjadi hormat kepada orang yang meminjami uang itu, anda menjadi segan kepada orang yang meminjami uang itu, bahkan anda mematuhi permintaan dari orang yang meminjami uang demi menghapuskan hutang anda? katanya sudah merdeka?

Akhir-akhir ini muncul berita di televisi bahwa pedagang daging sapi mogok karena harga sapi meninggi, hal ini katanya karena impor sapi yang dibatasi, daging sapi menjadi langka dan daging sapi menjadi mahal. Karena muncul tekanan yang katanya dari “dalam” dari pedagang sapi, maka pemerintah membuka lagi jatah impornya, dari mana sapinya? siapa yang mendapat keuntungan devisa? dari luar negeri kan? katanya sudah merdeka, tapi kok masih belum bebas ya?
Iya, katanya kita merdeka, tapi kenapa kita masih ketakutan untuk menentukan sikap sendiri, kenapa kita masih takut untuk memutuskan hal yang terbaik bagi kita, anda masih takut untuk melepas sebuah pekerjaan demi pekerjaan lain, kenapa masih ada ketakutan-ketakutan dalam pikiran kita semua? bukannnya kita sudah merdeka, cobalah merenung sejenak dan menyadari sepenuhnya bahwa kita adalah pribadi-pribadi yang merdeka, pribadi yang bebas menentukan kemana hidup kita. Saatnya kita berani mengatakan kepada diri kita sendiri
“Saya adalah pribadi yang merdeka, saya sadar bahwa kemerdekaan adalah hak setiap orang, dan saya juga memiliki kemerdekaan itu, saya bebas untuk menentukan nasib saya, untuk membuat hidup saya, saya merdeka sekarang untuk membuat hidup saya penuh kebaikan, kebahagiaan dan keberlimpahan”

Bangsa yang merdeka dimulai dari pribadi yang merdeka, dirgahayu Indonesiaku, Jayalah Indonesiaku..
Merdeka…:)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline