Lihat ke Halaman Asli

Firman Pratama

pebisnis muda

Mengatasi Takut Berbicara Karena Dimarahi Dosen

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tadi pagi saya bertemu dengan seorang laki-laki masih muda, mas G,usia 24 tahun yang juga sedang kuliah. Laki-laki ini menemui saya karena ingin mengatasi masalah yang ada dalam dirinya yaitu takut berbicara, agak minder dan kurang berani presentasi. Padahal dia sedang dalam proses pengerjaan tugak akhir yang tentunya nanti harus melalui suatu sidang atau ujian tugas akhir, nah disitu kan butuh presentasi menghadapi para penguji. Mas ini mengatakan “kalau saya masih takut seperti ini kan bisa gagal nanti ujiannya mas”. Ya, memang perasaan takut membuat mulut seolah-olah kaku dan susah berbicara, akibatnya jadinya GAGAP ya, benar kan? Dan, sebuah perasaan takut muncul karena ada sesuatu dalam PIKIRAN yang membuat takut.

Ketakutan untuk berbicara memang wajar dialami oleh siapapun, apalagi ketika mau menghadapi ujian skripsi atau tugas akhir. Saya jadi ingat dulu waktu mau sidang tugas akhir sarjana di STTTelkom, juga pernah mengalami ketakutan seperti itu, ketakutan yang muncul adalah “takut salah”. Ketakutan ketika berbicara membuat seseorang menjadi malas berbicara, lalu minder dan kalau dipaksa bicara akan terjadi gagap. Saya tahu betul tentang gagap, karena memang dulu pernah mengalami sendiri, dan saya tahu gagap terjadi karena faktor program dari pikiran. Tapi itu dulu, sekarang saya jadi suka berbicara, saya bisa menghilangkan gagap di diri saya karena saya sadar betul bahwa itu dari PIKIRAN saya dan ketika saya tahu cara memprogram pikiran, ya sudah selesai gagapnya.

Takut berbicara timbul karena ada penyebab di dalam PIKIRAN, penyebab itu bisa berupa sebuah peristiwa yang dialami, bisa karena tayangan di tv, bisa karena berita yang dibaca. Yang jelas, ketakutan berbicara muncul karena ada sebuah program dalam PIKIRAN yang sudah tersimpan. Ketika dengan mas G tadi, seperti biasa yang saya lakukan ke klien lainnya, saya mengajak mengobrol santai untuk mengenal apa yang ada dalam PIKIRANnya. Karena mas G ini kuliah di jurusan teknik elektro maka saya jadi lebih mudah untuk menyelami PIKIRANnya. Ketika saya mengobrol lebih dalam, terungkap peristiwa yang mengawali ketaktutan dan gagap dalam berbicara.

Mas G ini mengungkapkan, “saya pernah setahun yang lalu bertanya ke seorang dosen, eh malah saya dianggap ngeyel, dan ngebantah dia, bahkan setelah itu kayaknya dia selalu menandai saya mas, sejak itu saya jadi takut untuk berbicara, sebab ya itu takut salah, jadi kalau ketemu dosen-dosen saya takut, bahkan saya merasa beda jauh dengan SMA dulu, kalau SMA bisa akrab dengan guru-guru. Tapi kalau kuliah jadi susah ketemu dosen mas”

Nah, peristiwa ini lah yang menjadi penyebab ketakutan itu muncul, karena dimarahi dosen. Padahal mungkin maksud dosennya bukan memarahi,tapi mencoba menjelaskan dalam waktu singkat (ceritanya bela dosen nih, kan sesama dosen hehe). Memang kadang sebagai dosen, tidak punya banyak waktu di kampus, karena sudah menjadi rahasia umum kalau umumnya seornag dosen pasti banyak proyeknya di luar kampus (pengalaman pribadi), ngga semua sih.

Dari pengalaman yang diakui oleh mas G itu, saya mencoba melakukan modifikasi pikirannya, saya aja ngobrol lagi, saya coba berikan penyadaran kpd mas G ini, saya sadarkan dia bahwa semua itu karena PIKIRANnya, ketika 1jam saya memodifikasi pikirannya, sambil memasukkan program baru. Maka mas G ini, sudah mulai berbicara degan intonasi yang tenang dan lancar.

Setiap bertemu dengan klien yang mengeluhkan GAGAP dan Takut berbicara selalu saya suruh coba untuk latihan presentasi setelah saya modifikasi pikirannya untuk melihat dan memastikan perubahan dalam dirinya. Kasus mas G ini, menjadi pelajaran bagi anda yang dosen atau guru, agar tidak mudah menunjukkan sikap yang marah atau sikap yang cuek kepada muridnya, sebab itu berdampak negatif kepada siswa atau mahasiwa anda. Ya tapi, kadang banyak juga dosen yang memang ingin terlihat “killer” dimata mahasiswanya.

Kalau bisa mendidik dengan cara yang baik dan menyenangkan, ya sudah lakukan saja dengan cara-cara yang baik dan menyenangkan. Setuju?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline