Lihat ke Halaman Asli

Firman Pratama

pebisnis muda

Sebenarnya Hidupmu sudah Sesuai dengan “Keinginanmu”

Diperbarui: 17 Juni 2015   10:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya sering bertemu banyak orang yang “curhat” atas kondisi kehidupannya sekarang, baik itu teman kantor, teman dosen, maupun orang-orang yang membaca tulisan-tulisan saya, termasuk alasan banyak orang mau belajar Alpha Mind Control adalah untuk mengubah hidupnya. Mengeluh atas kondisi kehidupan memang suatu hal yang umum terjadi dimasyrakat kita, termasuk juga anda. Banyak orang mengeluh, “kenapa hidupnya seperti ini”, “kenapa hutangnya menumpuk”, “kenapa masih dalam kondisi ekonomi yang susah”. Mengeluh dan mengeluh..karena kebanyakan mengeluh,maka yang terjadi adalah bingung dan jutru memperparah keadaan. Benar kan? kalau yang dilakukan hanya mengeluh, meratapi maka kondisi itu semakin besar dampaknya, karena itu berhentilah untuk mengeluh dan meratapi hidup anda.

Pasti anda balik bertanya ke saya, “lantas bagaimana caranya kalau tidak mengeluh”, begitu kan pertanyaannya,hehe. Tadi, dalam penerbangan saya dari surabaya ke malaysia, saya duduk bersebelahan dengan seorang TKI, beliau bapak sebut inisialnya bapak G, di awal duduk bapak ini sudah menyapa saya terlebih dulu, sampai akhirnya kami berdua saling mengobrol sepanjang penerbangan yang menempuh waktu 2,5jam itu. Bapak ini curhat (saya anggap curhat sebab beliau menghayati sekali), bahwa dia sebenarnya merasa berat untuk meninggalkan keluarganya lagi untuk bekerja di luar negeri, meninggalkan anak-anaknya, sejak umur 3 tahun sudah dia tinggalkan, sehingga bapak ini tidak tahu perkembangannya, pulang hanya bisa dua tahun sekali.
Bapak ini berasal dari Kota Sampang, di Jawa Timur. Beliau mengeluh bahwa di daerahnya susah untuk mendapatkan uang, padahal dia punya sawah katanya, tapi dia merasa tidak pernah cukup untuk kehidupan keluarga, sampai akhirnya di tahun 2010, dia memutuskan untuk bekerja diluar negeri, karena dia melihat teman-temannya yang kerja diluar negeri bisa membuat rumah dan membelikan sepeda motor anak-anaknya. Tetapi dia merasa sekarang dia menjadi jauh dengan keluarganya, jadi malas sebenarnya untuk bekerja ke luar negeri tetapi dia masih terikat kontrak dengan perusahaan perkebunan di malaysia.

Sambil terus “mengeluh”, saya mencoba menawarkan makanan ringan yang tadi saya bawa dari rumah. Saya beri dia dua pilihan jenis snack, yaitu wafer dan coklat stick. Saya katakan ke dia “bapak mau yang mana pak,ambil saja”. Bapak ini lantas memilih wafer, lalu saya tanyakan alasannya kenapa memilih wafer, bapak ini menjawab “ya saya suka aja mas, kan lembut,kalau coklat itu kan agak keras”. Lalu saya bertanya lagi, “yang memilih wafer siapa? apakah saya yang memaksa atau bapak sendiri?”, bapak ini pun menjawab, ya saya sendiri yang memilih mas.

“Kalau bapak yang memilih, maka bapak juga harus siap menerima segala akibat dari wafer ini, benar pak?”, tanya saya. Lalu bapak ini menyahut, “iya saya yang milih maka saya harus menerima”. Bagaimana kalau saya katakan, “ternyata coklat ini lembut dan enak lho pak dibanding wafer itu”, bapak ini menjawab lagi “ya saya sudah memutuskan wafer ya sudah saya terima saja wafer ini”. Dari ucapan bapak ini saya pun menjawabnya “nah, sama halnya dengan bapak sekarang yang harus meninggalkan rumah untuk bekerja ke Malaysia, itu bapak yang milih kan, teman bapak tidak memaksa, lantas kenapa bapak sekarang mengeluh atas keadaan yang sebenarnya terjadi akibat pilihan bapak sendiri,bukankah ini sudah sesuai dengan keinginan bapak, bisa membangunkan rumah dan membelika sepeda motor buat istri dan anak bapak, ya kan pak?”. Bapak ini terdiam..

Lalu dia melihat saya, “bener juga ya mas, kan saya yang memutuskan untuk kerja keluar seperti ini”. Saya pun menyahut lagi, ya gitu pak, harusnya bapak bersyukur sama ALLAH, apa yang bapak inginkan sudah diberikan. ayo benar kan, harusnya bapak bersyukur, dan pikiran bapak kan yang bilang kalau mencari uang itu gampang dengan kerja diluar negeri”. Bapak ini mulai tersenyum, dan dia mulai bisa tertawa, bahkan dia mengajak saya untuk bekerja sama berbisnis bebek potong, sebab dia ingin tahun ini adalah terakhir dia kerja diluar negeri.

Dan banyak orang yang tidak sadar bahwa kehidupan dia sekarang adalah hasil dari keinginan-keinginan orang itu sendiri, jadi seharusnya salah jika kita mengeluh dan meratapi, yang ada harusnya hanya bersyukur dan bersyukur kepada Tuhan, Dzat Yang Maha Mengabulkan. Termasuk kondisi anda berhutang, anda sedang kesulitan ekonomi, sedang bankrut dll, cobalah menyadari dengan sesadar-sadarnya, merenung dan mengingat kembali bahwa semua kondisi itu adalah hasil dari pikiran anda. Kesadaran inilah yang menjadi target utama saya dalam kelas AMC (Alpha Mind Control), untuk menyadarkan bayak orang bahwa kehidupannya saat ini sebenarnya sudah sesuai dengan keinginannya, sudah sesuai dengan program di pikirannya. Dan jika ingin mengubahnya maka ubahlah program dalam pikiran anda, sesuai dengan tagline AMC, Change Your Perception to Change Your Life

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline