Lihat ke Halaman Asli

Era Reformasi: Masa Kegelapan di Indonesia (Dark Ages)

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi penggemar sejarah Eropa, tentu tidak asing dengan istilah “Masa Kegelapan di Eropa” (Dark Ages). Bagi yang belum pernah mendengarnya, saya akan menjelaskan secara singkat. Di masa itu, dominasi kekuatan agama begitu besar sehingga menghambat perkembangan ilmu pengetahuan, prinsip-prinsip moralitas yang agung membuat kekuasaan agama menjadi begitu luas. Pada masa itu agama berkembang dan mempengaruhi hampir seluruh kegiatan manusia, termasuk pemerintahan. Sebagai konsekuensinya, ilmu pengetahuan dianggap sebagai ilmu sihir yang mengalihkan perhatian manusia dari pemikiran ketuhanan. Keadaan ini merupakan wujud kekuasaan agama, yaitu gereja Kristiani yang sangat berpengaruh. Gereja serta para pendeta mengawasi pemikiran masyarakat serta juga politik. Mereka berpendapat hanya gereja saja yang pantas untuk menentukan kehidupan, pemikiran, politik dan ilmu pengetahuan. Akibatnya kaum cendekiawan yang ditekan dan dikawal ketat. Pemikiran mereka ditolak, dan timbul ancaman dari gereja, yaitu siapa yang mengeluarkan teori yang bertentangan dengan pandangan gereja akan ditangkap dan didera, malah ada yang dibunuh.

Lantas apa hubungan Indonesia dengan Masa Kegelapan di Eropa? Front Pembela Islam (FPI) merupakan suatu organisasi massa yang berusaha menjerumuskan Indonesia ke masa kegelapan tersebut. Sejak dideklarasikan pada 17 Agustus 1998, organisasi ini akrab dengan aksi-aksi kontroversial. Organisasi ini sudah dinilai sangat meresahkan masyarakat, kenapa aparat pemerintah masih membiarkan hal tersebut terjadi? Silahkan simak saja aksi mereka di tahun 2012 ini

Tahun 2012* (disadur dari Wikipedia)


  • 12 Januari Massa FPI merusak dan ricuh di Gedung Kemendagri.[55]
  • 10 Februari Ketua FPI cabang Yogyakarta Bambang Teddy diajukan Erna Riyanti atas kasus pemukulan dan meludahi di kantor kepolisian.[56]
  • 10 Februari Polisi tetapkan lima tersangka termasuk Ketua FPI cabang Banten Ujang (KH Ujang Muhamad Arif) terkait kasus insiden Ahmadiyah di Cikeusik.[57]
  • 11 Februari Massa dari suku Dayak menolak keras kedatangan rombongan FPI untuk menghadiri pelantikanannya di Kalimantan Tengah[58]
  • 14 Februari Keempat simpatisan FPI memukul Bhagavad Sambada, Koordinator aksi "Indonesia Tanpa FPI".[59]
  • 21 Februari Massa FPI mengepung ruko yang sedang mengadakan pengobatan gratis.[60]
  • 6 Maret Tiga anggota FPI membawa senjata tajam di Pengadilan Negeri Yogyakarta.[61]
  • 15 Maret Massa FPI Kalimantan Barat serang mahasiswa dayak[62]
  • 20 April Massa FPI Tasikmalaya memukul jemaat Ahmadiyah setelah merusak mesjid.[63]
  • 4 Mei Massa FPI membubarkan Diskusi Irshad Manji di Salihara.[64]
  • 6 Mei Massa FPI memukul Aktivis Perdamaian SEJUK (Serikat Jurnalis Untuk Keberagaman) di HKBP Filadelfia Bekasi.[65]
  • 6 Mei Ketua FPI Bekasi Murhali Barda merupakan aktor yang memerintah anak buahnya melakukan lemparan urin, kotoran dan kekerasan.66]
  • 7 Mei Massa ormas Islam termasuk FPI menyetop pembangunan tempat ibadah di Yogyakarta.[67]
  • 8 Mei Massa FPI membubarkan secara paksa acara peluncuran buku Allah, Liberty, & Love karya Irshad Manji di gedung Teater Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.[68]
  • 21 Mei Massa FPI mengancam akan membubarkan paksa konser Lady Gaga di Jakarta; membeli 150 tiket untuk dapat masuk ke dalam arena konser. [69]
  • 1 Juli Massa FPI Rusak Mapolsek Ciawi.[70]
  • 10 Agustus Massa FPI Makasar merusak klenteng Xian Ma, klenteng Kwan Kong, dan klenteng Ibu Agung Bahari.[71]
  • 22 September Massa FPI menyegel properti usaha milik orang lain.[72][73]
  • 25 September Massa FPI Makasar merusak properti usaha milik orang lain.[74]

Organisasi ini bukan lagi organisasi yang memperjuangkan kepentingan umat Islam, tetapi sudah menjadi organisasi anarkis yang selalu mencari pembenaran atas kesalahan yang dilakukan. Tidak ada kebenaran dari aksi penyegelan, perusakan, kericuhan, pemukulan dan aksi kriminal lainnya. Banyak hak rakyat yang sudah direbut dengan paksa. Keinginan untuk mengubah isi UUD 1945 dan hasutan-hasutan dalam Pilkada DKI kemarin, sudah terbukti berkeinginan untuk memecah belah kesatuan bangsa.

Sebagai bangsa yang modern kita seharusnya bergerak terus kedepan dengan mengusahakan kebebasan, kemakmuran dan perkembangan bagi setiap insan. Indonesia adalah milik bersama. Sudah terlalu banyak air mata yang tumpah, sudah terlalu banyak darah yang mengalir. Orang Eropa sudah menyesal akan abad yang hilang itu. Sudah saatnya kita belajar dari kesalahan para pendahulu kita. Kadang kita silap, lupa dan khilaf. Selagi berkesempatan, kembalilah ke jalan yang dianjurkan Allah. Jangan biarkan Indonesia hancur ditangan kita. Isilah hidupmu dengan hal-hal yang berguna bagi sesama. Jadilah pemuda Islam yang pintar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline