Lihat ke Halaman Asli

Ahlan Mukhtari Soamole

Menulis untuk menjadi manusia

Membaca Buku Kebahagiaan 2 Dunia Dalam Buku

Diperbarui: 18 Mei 2021   02:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixy.org

Oleh : Ahlan Mukhtari Soamole

Membaca adalah proses memahami, memaknai arti dari suatu teks terdiri dari kata, kalimat maupun suatu angka. Membaca teks merupakan upaya mengenal 2 fenomena yaitu alam (objektif) dan diri (subjektif) berarti sesuatu nampak terindrai, maupun teks termaknai melalui perenungan. Membaca cara memaknai ide dan realitas untuk memperoleh kebenaran memuat hasil pengalaman setiap jejak-jejak kehidupan diantarnya sejarah, politik, , sosial, matematika atau sains maupun moral ekonomi. 

Dunia dalam lintasan sejarah hanya dapat diketahui melalui proses membaca buku. Membaca adalah memahami keabadiaan seperti kata bijak membaca mengenal dunia sedangkan menulis dunia mengenalmu. Membaca dan menulis merupakan satu kesatuan, menulis merupakan aktivitas mengikat Ilmu pengetahuan. Secara simplisit, menulis mengilhami tulisan dapat dijadikan sandaran untuk memecahkan beragam masalah  baik secara ilmiah maupun praksis dalam kehidupan. Sepanjang kehidupan manusia penuh kecamukan, tantangan maupun penemuan-penemuan telah tertulis dalam buku-buku masih terbaca saat ini. 

Bangunan-bangunan megah sebagaimana di Yunani struktur bangunan ribuan tahun runtuh bebangunannya, ketimbang tulisan buku masih bertahan sampai saat ini. Kisah-kisah intelektual, filsuf, ilmuwan seperti Sokrates, Platon, dan Aristoteles menyejarah dalam bukunya Platon dengan Republik, Aristoteles dengan buku Organon (Logika). Aristoteles sebagai peletak awal Ilmu science (alam) dengan upaya demitologisasi kepercayaan orang Yunani saat itu. Kehidupan menyejarah meninggalkan nilai-nilai konseptual termaknai dalam setiap bukunya. 

Buku-buku hasil pikiran  filsuf itu kemudian mempengaruhi para ilmuwan seperti Avicena, Al-Farabi, Al-Khawarizmi dll. Pada abad kontemporer banyak karya-karya besar lahir dari pemikir-pemikir filsuf hingga tiga tokoh Yunani tersebut sebelumnya. Filsuf kontemporer sebagaimana Hegel, Karl Marx, Bertrand Russel, Newton, Rene Descartes hingga Noam Comsky. 

Kebenaran-kebenaran buku  relatif selalu menghasilkan perkembangan ilmu pengetahuan terus-menerus menghasilkan perubahan. Kata seorang filsuf manusia hidup tak mempelajari sejarah kehidupan maka hidup dijalani tanpa menggunakan akal. Proses membaca buku juga dapat dimaknai perjalanan intelektual untuk peningkatan kualitas diri menuju kemanusiaan dengan rendah hati, kesadaran akan ketidaktahuannya, dengan memahami itu perlahan-lahan memahami kebijaksanaan. 

Membaca dengan perenungan pengakuan atas kesempurnaan ciptaan Tuhan membuka tabir, kemerdekaan diri menjadi manusia bijaksana. Sebagaimana dalam Islam Allah SWT berfirman Iqra Bacalah dengan Menyebut Nama Tuhan-Mu. Membaca adalah memaknai setiap proses kausalitas penciptaan alam semesta terus-menerus diuji melalui karya-karya terbaik manusia sepanjang hidup. Sehingga, membaca Buku merupakan kebahagiaan hidup 2 dunia meyejarah dalam setiap buku.

Selamat hari buku, kata Prof. Anhar Gonggong sejarahwan Indonesia asal Pinrang sewaktu penulis mengikuti kuliah seminar di Universitas Hasanuddin Makassar 2018 silam, kata Prof. Jika seseorang mau kehidupannya maju maka membacalah buku setiap hari 10 buku.

Selamat hari buku




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline