Lihat ke Halaman Asli

Ahlan Mukhtari Soamole

Menulis untuk menjadi manusia

Reposisi Sains dan Perubahan Sosial

Diperbarui: 17 Juni 2020   15:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

                                                       Oleh : Ahlan Mukhtari Muslim Soamole*

Paradigma sainstik adalah cara pandang objektif yang meletakkan pemikiran konsepsional secara ilmiah. Maka, pembuktian-pembuktian ide pokok menjadi keniscayaan secara jelas. 

Menurut E. Dasilva Hornai (2014) mengatakan sains sebagai proses merupakan langkah-langkah yang ditempuh para imuwan untuk melakukan penyeledikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam. 

Salah satu gerakan sains atas suatu fenomena, apabila sikon tertentu sains bertolak belakang dengan perilaku subjektif karena kepentingan menghambat suatu kejelasan-kejelasan tertentu. 

Sebagaimana sebuah distorsi atas perkembangan wabah atau biaya bencana alam yang tak menuntaskan secara penuh kebutuhan manusia. Alih-alih sains berhadapan dengan kepentingan pemerintah atau elite tertentu dapat merusak sendi kehidupan manusia. Kemandirian sains tak dapat diganggu gugat oleh apapun, kekuasaan praktis oligark. 

Citra sains buruk hanyalah diperparah oleh suatu kepentingan tak selaras dengan sains, kerusakan hutan, pembabatan, tambang liar, banjir, gempa bumi. Perilaku itu secara kodrati  jauh dari keselarasan antara sikap dan tindakan, melampauinya kepentinganatas sains akan meruntuhkan suatu peradaban termasuk human politic secara konstruktif. 

Pengaruh sains bukanlah meniadakan kesadaran transendensi sebagaimana diungkap Auguste Comte (1798-1857) perkembangan kesadaran manusia mengikuti tiga tahap yang secara linier dari pemikiran teologis, metafisis dan mencapai puncaknya pada tahap positif, karena baginya untuk mencapai pengetahuan objektif manusia harus mempelajari dan menguasai hukum-hukum alam dan melepaskan dan melepaskan hukum teologis dan metafisis yang abstrak   karena dengan itu manusia menguasai alam dan memenuhi kebutuhan hidupnya (Soerjanto Poespowardojo dan Alexander Seran, 2015). 

Sains kini telah berdampingan dengan masyarakat sekalipun soal perseturuan elite berkepentingan, masyarakat mampu memilah mana problem elitis. Dan mana keniscayaan sains hal ini berarti sains dan kemanusiaan menjadi perkakas perubahan sosial.

Nampak berbagai keruntuhan peradaban-peradaban dunia mulai dari sisa-sisa patung raksasa di Paskah atau negeri indah di Montana yang kini menyisahkan kerusakan lingkungan akibat pertambangan semakin berlebihan. 

Peradaban dan kebudayaan menjadi pemujaan masyarakat diyakini terdapat suatu kemajuan teknologi pun kian dekandensi seiring konsepsi sains yang dihadapkan kepentingan bagi elit.

Politik Modern

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline