Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Ismail Ibnu Sina

Customer support di Otospector ; Layanan Inspeksi dan Garansi Mobil

Harapan dan Kenyataan SDM Indonesia

Diperbarui: 13 Maret 2024   01:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rajin; Kunci Peningkatan SDM / StartupStockPhotos by Pixabay

Langit pagi diiringi kicauan burung menyambut hari di sebuah desa terpencil di Jawa Barat. Di sebuah gubuk sederhana, seorang anak bernama Budi duduk termenung di depan laptopnya. Layar laptop menampilkan berbagai artikel tentang peluang kerja di luar negeri. Budi, dengan tekad membara, bermimpi untuk suatu hari nanti bisa bekerja di luar negeri dan meningkatkan taraf hidup keluarganya.

Di sisi lain, di kota metropolitan Jakarta, seorang eksekutif muda bernama Sarah sedang dilanda kebingungan. Perusahaannya kesulitan menemukan talenta-talenta muda yang kompeten untuk mengisi posisi-posisi strategis. Sarah bertanya-tanya, "Bukankah Indonesia memiliki banyak SDM berkualitas? Mengapa kami masih kesulitan menemukan talenta yang tepat?"

Kedua kisah ini, meskipun berbeda latar belakang, mewakili sebuah ironi yang dihadapi Indonesia. Di satu sisi, Indonesia memiliki peringkat SDM yang lebih tinggi dibandingkan negara-negara seperti Brazil, India, dan Argentina. Di sisi lain, masih banyak masyarakat Indonesia yang merasa bahwa SDM Indonesia masih rendah, dan banyak talenta muda yang memilih untuk mencari peluang di luar negeri.

Pertanyaannya, mengapa ironi ini terjadi? Jawabannya mungkin kompleks dan multidimensi. Salah satu faktornya adalah kesenjangan pendidikan dan pelatihan yang masih lebar antara daerah maju dan terpencil. Selain itu, mismatch antara skillset yang dimiliki lulusan dengan kebutuhan industri juga menjadi salah satu penyebab.

Untuk mengatasi ironi ini, diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak. Pemerintah perlu meningkatkan investasi di bidang pendidikan dan pelatihan, khususnya di daerah terpencil. Selain itu, perlu ada sinergi yang lebih kuat antara dunia pendidikan dan industri agar skillset yang diajarkan di sekolah dan universitas dapat relevan dengan kebutuhan industri.

Di sisi lain, masyarakat juga perlu mengubah mindset mereka tentang SDM Indonesia. Kita harus yakin bahwa Indonesia memiliki banyak talenta muda yang potensial dan mampu bersaing di kancah global. Dengan kerja sama dan optimisme, kita dapat mengubah ironi ini menjadi kenyataan, di mana SDM Indonesia menjadi kekuatan utama untuk membangun bangsa yang maju dan sejahtera.

Lebih dari sekadar statistik, SDM Indonesia adalah mozaik individu dengan talenta dan semangat yang unik. Dari Sabang sampai Merauke, terbentang kisah-kisah inspiratif tentang para pemuda yang mengukir prestasi di berbagai bidang. Ada yang merintis usaha kecil dan membuka lapangan kerja, ada yang mendedikasikan diri untuk pendidikan dan kesehatan, dan ada pula yang melesat di dunia sains dan teknologi.

Potensi SDM Indonesia tak berhenti di situ. Generasi muda saat ini tumbuh di era digital, di mana akses informasi dan teknologi tak lagi menjadi batasan. Mereka memiliki jiwa kreatif, inovatif, dan adaptif, siap untuk membawa Indonesia ke era baru yang gemilang.

Namun, untuk mengoptimalkan potensi ini, diperlukan upaya kolektif dari berbagai pihak. Pemerintah perlu terus berinvestasi di bidang pendidikan dan pelatihan, menciptakan ekosistem yang kondusif bagi pengembangan talenta muda. Swasta dan dunia usaha pun harus bersinergi, membuka peluang kerja dan memberikan kesempatan bagi para pemuda untuk berkarya.

Masa depan Indonesia berada di tangan SDM-nya. Dengan mengasah potensi dan memupuk semangat mereka, Indonesia akan menjelma menjadi bangsa yang maju dan sejahtera. Mari kita bersatu padu, bergandengan tangan, untuk membangun SDM Indonesia yang unggul dan siap mengantarkan bangsa ini menuju gerbang kejayaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline