Lihat ke Halaman Asli

Agus Haru

Pekerja Kemanusiaan

SENJA DI BAWAH KAKI GUNUNG ILE APE, LEMBATA

Diperbarui: 14 Mei 2020   01:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat Senja di bawah kaki Gunung Ile Ape, Lembata. Foto: Agus Haru

Sore itu sekitar pukul 15.45 WITA kami mulai bergerak dari Lewoleba ibu kota Kabupaten Lembata menuju salah satu desa yang menjadi tempat kami belajar bersama adik-adik dari wilayah dampingan Plan Indonesia. 

Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan yang dilakukan atas kerjasama Plan Indonesia dan Tempo Institute untuk menyongsong ulang tahun Plan di Indonesia yang ke-50. Perjalanan kami dihiasi dengan pemandangan eksotis, mengintari gunung Ile Ape dan terus menyusuri pinggir pantai sambil sesekali memotret untuk koleksi pribadi.    

Kurang lebih tiga puluh menit perjalanan, tiba-tiba kami disuguhkan dengan pemandangan yang luar biasa menarik perhatian kami, mobil yang kami tumpangi segera perlahan karena ada kerumunan orang di pinggir jalan. 

Tiba-tiba salah satu teman kami, sebut saja Cinta dengan sedikit kaget bertanya "Itu lagi ngapain?" nah terus ternaknya mau dibawa kemana? Lanjut Cinta Sambil memperhatikan beberapa ekor babi yang terikat tali sedang dipikul diiringi ibu-ibu muslim yang berkerudung menuju salah satu rumah yang jaraknya cukup dekat. 

Dengan sigap, sopir mobil yang kami tumpangi, menjelaskan bahwa; "Peristiwa seperti itu sudah biasa terjadi di sini mbak."  Itu acara adat kawin mawin, sehingga diwajibkan membawa babi sebagai salah satu binatang yang akan menjadi simbol dalam setiap kesepakatan adat, lalu Om Sopir bertanya: "Kenapa Mbak?" "Baru lihat soalnya," jawab Cinta.

Om Sopir lanjut bercerita bahwa kejadian seperti ini sudah biasa di sini, keberagaman selalu terpelihara, saling menghormati adat istiadat masih terus dipertahankan.

Luar biasa, dan inilah cermin keberagaman kami di Nusa Tenggara Timur (NTT) pada umumnya.

Lima hari lamanya kami belajar bersama adik-adik di sini, lima hari pula kami menikmati hidup tanpa layanan internet bahkan untuk menelepon saja kami harus mencari tempat-tempat tertentu.

Dari sini kami belajar banyak hal, bahwa masih banyak saudara-saudara kita yang belum sepenuhnya mendapatkan akses informasi secara baik. 

Namun keindahan senja dalam hari-hari kami di kaki gunung Ile Ape terus mematahkan segala kekurangan yang ada di sana. Kami harus terus berjalan, kami harus terus mempunyai asa bahwa hari esokkan terus lebih indah dari hari ini.  

Agus Haru/Ile Ape, 17/07/19

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline