Lihat ke Halaman Asli

Menjadi Duta Pemuda Indonesia

Diperbarui: 17 Juni 2015   23:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14113472991790264255

Selama kurang lebih satu bulan lamanya Agastya Harjunadhi menjadi duta bangsa dalam program Indonesia-Malaysia Youth Exchange Program(IMYEP) tahun 2014. Kegiatan ini adalah sebuah program antara kementrian Pemuda dan Olahraga RI bersama Kementrian Belian dan Sukan Malaysia dalam rangka pemberdayaan pemuda. Selain itu, IMYEP dengan tema “media” ini menjadi sebuah program yang prestigious dalam mempererat hubungan bilateral kedua negara terbesar di kawasan ASEAN ini.



Setelah melalui seleksi ketat yang digelar oleh Dispora Jawa Timur dan PCMI Jatim pada bulan April lalu, akhirnya pada tanggal 13 Agustus 2014, Agastya yang merupakan putra asil Lamongan, Jawa Timur ini berangkat mewakili provinsinya untuk bergabung bersama ke-33 provinsi lainnya menjadi duta bangsa. Malaysia pun melaksanakan hal yang sama, sekitar 32 belia (pemuda.red) terpilih degan berbagai seleksi menjadi duta untuk melaksanakan serangkaian program bersama.


Selama di Jakarta, para pemuda berkesempatan mengikuti upacara kemerdekaan RI,courtesy calldi Kemenpora RI, danmedia visit ke Kompas Group. Sesuai dengan tema program yakni media, para duta bangsa ini diberikan pemahaman pentingnya media meningkatkan hubungan kedua negara.


Kemudian mereka bertolak menuju Bali untuk mengikuti sejumlah program di antaranya homestaydi Desa Mas Ubud, courtesy calldi Istana Kepresidenan Tampaksiring, workshop pembuatan topeng, latihan tarian Bali,cultural performance,dll.


Dalam fase Malaysia, para duta bangsa melakukancourtesy callke ASEANSecretariatdan Kementrian Luar Negeri Malaysia yang diakui Agastya sebagai sesi paling favorit. Karena di sini kami benar-benar detail memahami situasi masing-masing negara khususnya terkait ASEANEconomic Community(AEC) 2015 dengan cara berdiskusi.


Kegiatan lainnya di Malaysia diantaranya adalahhomestay, kunjungan ke Muzium Negara, Istana Kesultanan Malaka, Kedubes RI di KL,media visitke RTM (Radio dan TV Malaysia), perayaan upacara kemerdekaan Malaysia, jugacultural performanceberupa parade baju adat daerah, penampilan tari, medley lagu daerah, pameran budaya dan produk negeri, dsb.


Agastya sebagai Youth Leader kontingen Indonesia menyiapkan diri dan tim dengan yang terbaik sehingga seluruh rangkaian program berjalan lancar dan memberikan kesan mendalam kepada masing-masing delegasi dan negara. Tak dipungkiri program ini pun berjalan dengan baik berkat Tuhan dan bantuan dari berbagai pihak.


Bagi Agas, merupakan kesempatan sangat berharga dapat menjadi salah satu duta bangsa dalam usaha menjaga hubungan bilateral dua negara tetangga yang sering tidak stabil ini. Misalnya untuk isu klaim budaya. Karena setelah ditelusuri melalui diskusi di berbagai kesempatan, semua delegasi dapat mencapaimutual understandingyang tidak merugikan salah satu pihak, dan sepakat bahwablow-upmedia dapat berperan besar menghasut perpecahan. Faktanya, Malaysia tidak pernah melakukan bentuk “klaim budaya” apapun ke UNESCO terhadap produk seni-budaya Indonesia.


“Yang terjadi di lapangan sebenarnya adalah bahwa karena memang sangat banyak sekali keturunan asli Indonesia yang menetap di berbagai daerah di Malaysia, kemudian mereka melestarikan seni budayanya di sana, tiada lain yakni budaya Indonesia”, terang Agastya.


Agast dan para delegasi pemuda lainnya telah merasakan langsung selama melakukanhomestaydi Negeri Sembilan, di salah satu kampung yang sangat kental dengan kebudayaan Jawa-nya. Di sini banyak yang fasih berbahasa Jawa, bahkan delegasi sempat disuguhi sebuah penampilan gamelan dan angklung oleh para belia setempat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline