Lihat ke Halaman Asli

Akhmad Hani Nadif

Direktur Eksekutif Center for National Defense and Security Studies (CNDSS)

Perubahan Arah Prioritas Pengembangan dan Pengadaan Alutsista Indonesia di Era Kontemporer

Diperbarui: 5 Januari 2018   16:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Wilayah negara Republik Indonesia sangatlah luas, tentu hal tersebut menjadi perhatian bagi pemerintah untuk menjaga kedaulatan negara. Untuk dapat memenuhi kemampuan yang dibutuhkan pemerintah Republik Indonesia membentuk sebuah program yang dinamakan sebagai MEF (Minimum Essential Force) yang terbagi dalam tiga rencana strategis. 

Selama ini pengembangan alutsista memprioritaskan matra darat sebagai fokus pengembangan lalu bagaimana kah masa depan bagi pengembangan alutsista untuk matra udara? Pemerintah pada MEF II telah mengucurkan dana sebesar 3 milyar dollar untuk pengadaan impor alutsista matra udara dan 3 triliun rupiah untuk pengadaan lokal. Lantas apa saja tindak lanjut pemerintah terhadap program tersebut?

Jika kita perhatikan, sebenarnya Indonesia dengan wilayah teritorial yang luas membutuhkan angkatan bersenjata dengan peralatan dan kemampuan yang mumpuni. Kemampuan SDM di dalam tentara nasional indonesia memiliki potensi yang dapat lebih dikembangkan jika saja diimbangi dengan ketersediaan dan kesiapan alutsista. wilayah geografis yang diapit oleh kekuatan-kekuatan besar dunia sudah tentu pengembangan industri pertahanan menjadi prioritas di dalam kebijakan pemerintah. 

Di bagian utara Tiongkok dengan anggaran pertahanan sebesar 215 milyar dollar dan di wilayah selatan yaitu Australia yang sedang gencar melakukan modernisasi berskala besar. Karena wilayah teritorial yang strategis dan kepemilikan sumber daya alam yang melimpah, penting bagi Indonesia untuk memiliki kekuatan deteren yang tinggi akan tetapi tetap memposisikan diri sebagai pihak yang netral. 

Untuk itulah diperlukan suatu angkatan perang yang berfokus pada pertahanan regional dan bukan sebagai kekuatan agresor. Kesemuanya itu serta merta dimaksudkan untuk menjaga kestabilan geopolitik regional Indonesia dan ASEAN.   

Langkah yang diambil oleh pemerintah untuk mengembangkan sektor-sektor pertahanan domestik, adalah dengan kerjasama bilateral yang dimotori oleh bergerak di sektor pertahanan antara lain PINDAD,PT.PAL,PT LEN, dan PT.DI. Beberapa kerjasama yang telah berjalan antara lain program pengembangan pesawat tempur generasi 4.5  IFX yang dilakukan oleh PT.DI bekerjasama dengan Korea Selatan. Selanjutnya adalah pembangunan kapal selam untuk  AL yang dilaksanakan oleh PT.PAL bekerja dan PINDAD dengan FNSS Turki yang bekerja sama membangun dan  memproduksi MMWT (Modern Medium Weight Tank). 

Selanjutnya, pemerintah akan membuka lahan sebesar 10.000 hektar di Lampung di mana di dalam nya nanti akan terdapat perusahaan-perusahaan BUMN maupun BUMS yang melakukan pengembangan dan pembangunan alutsista baik untuk matra laut,darat, dan udara. Pemerintah juga sedang membentuk suatu konsorsium industri pertahanan yang nanti nya diharapkan dapat mengintegrasikan kebutuhan pertahanan negara dengan arah pengembangan dan produksi alutsista oleh perusahaan-perusahaan terkait. 

Selain itu, Indonesia saat ini juga tengah menjalankan strategi triple helix yang mana akan mensinergikan lembaga-lembaga terkait antara lain pemerintah,industri pertahanan, dan pendidikan tinggi. Langkah-langkah tersebut ditujukan agar Indonesia memiliki kemandirian di sektor pertahanan karena ketergantungan suatu negara terhadap pasokan alutsista asing dapat membahayakan kondisi dan kemampuan pertahanan.

Jika diperhatikan lebih lanjut modernisasi alutsista berskala besar berfokus pada matra angkatan darat terlihat dari berbagai produk yang diproduksi mulai dari senjata ringan maupun berat hingga kendaraan-kendaraan lapis baja seperti Anoa,Komodo,Sanca, dan yang paling baru adalah tank medium Harimau Hitam disisi lain perkembangan di matra laut dan udara kurang mendapatkan perhatian dalam hal ini. 

Dengan wilayah geografis yang di dominasi oleh udara dan laut sudah sepatutnya pemerintah memberikan perhatian lebih di kedua matra tersebut. Untungnya, fokus pemerintah untuk mengembangkan alutsista bagi matra udara mulai terlihat di dalam MEF II (2015-2019). Tercatat TNI-AU mendapatkan kucuran dana sebesar 3 milyar dollar  yang bersumber dari pinjaman luar negeri dan 3 triliun rupiah untuk pengadaan alutsista lokal yang bersumber dari pinjaman dalam negeri. 

Di dalam rencana strategis tersebut terdapat proyek yang menjadi prestasi tersendiri bagi Indonesia yaitu pengadaan 11 pesawat tempur SU-35 beserta senjata,suku cadang dan pembangunan pusat perawatan. Untuk pembiayaan nya Indonesia dan Rusia sepakat menggunakan skema imbal beli dimana Rusia akan memberikan ofset dan lokal konten sebesar 35 persen. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline