Lihat ke Halaman Asli

Susahnya Mencari Kerja di Negeri Sendiri (Ada Apa Yah?)

Diperbarui: 18 Juni 2015   09:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia


Daripada tulis politik yang ribut, saling menghujat sana sini, mending tulis pengalaman pribadi. Lah urusan aku aja gak beres, mau ngurusin hidup orang???... Tau diri aja lah aku hehehe

Bukan 1 atau 2 kali aku mengirim surat lamaran di Indonesia (Red : negeri sendiri), belum lagi ikut Walk interview. Sudah hampir ratusan surat lamaran kerja melayang lewat email dan amplop. Sudah berbulan-bulan aku menunggu tawaran kerja itu datang menghampiriku. Memimpikan bekerja di negeri sendiri adalah hal yang bisa menjadi “sesuatu” apalagi jika dengan posisi yang “keren” di mata sosial. Namun, apa daya khayalan itu buyar setelah sekian bulan tinggal di Ibukota Jakarta tanpa kepastian dari satu perusahaan pun. Mungkin aku dianggap terlalu OK dengan posisi yang biasa di Indonesia, atau mungkin pengalaman kerjaku di Luar Negeri tidak punya pengaruh di negeri ini, atau kali kali penampilanku yang kurang (red : tidak cuakeep dari ukuran negri ini). Mmm Entahlah !!!

Aku merintis karir di dunia Hospitality berawal di luar negeri. Yah, impianku memang begitu sih, maunya tinggal dan bekerja di luar kedengarannya asyik dan memang Asyeekk abizz hehehe. Setelah sekian tahun di negeri orang mengumpulkan pundi pundi berlian, kefikiran juga untuk menetap dan kerja di negeri sendiri, dekat dengan keluarga dan teman-teman lama. Selain itu bisa merintis bisnis sendiri nantinya. Sepulang dari negeri orang, aku mengisi waktu luang ku untuk berbagi ilmu dengan generasi bangsa ini (red : jadi guru lepas) , yah kebetulan di tawari teman, cukuplah untuk tambahan biaya hidup sambil berusaha merintis usaha sendiri. Setelah 6 bulan aku memutuskan untuk fokus berbisnis, aku fikir akan lebih baik begitu. Merintis bisnis dari awal ternyata bukanlah hal “secuil kuku”, butuh perjuangan yang besar dan tidak singkat. Cerita dan cerita, waktu demi waktu aku pun gagal pemirsaaa ! LOL. Aku mungkin gagal dalam hal balik modal tapi saya anggap itu adalah investasi belajar dari pengalaman. So, I am OK with that (Ambil positifnya saja, kalo sudah pusing jgn di tambah dengan negatif yah !).

Dan, tedenggg ! akhirnya kuputuskan lagi untuk mencari kerja. Mulailah koran – koran di bolak balik, hunting  lowongan di internet sampai  “mengemis-ngemis” pada teman supaya di bantu cari kerja. Mulai dari kota asal (Makassar) sudah mengirimkan lamaran kerja, tebar pesona lewat CV, tebar senyum lewat wawancara tapi hasilnya masih zero. Sebulan berstatus “jobless” di kota sendiri, akhirnya memberanikan diri ke Ibukota Jakarta dengan keyakinan bahwa di sana banyak lowongan kerja dan pasti dapat, I thought so.. Mmm but now I dont think so LOL !

Sudah 4 bulan bersabar di Ibukota ini (sebenarnya gak sabar sih, Cuma di sabar-sabarin aja sampai pada titik “muak”). Ada benarnya juga tuh pepatah, “Ibukota lebih kejam dari Ibu Tiri”. Akh, aku kan gak punya ibu tiri dari mana saya tau, yahh sok tau ajalah !. Selama di Jakarta sudah lamar sana sini tapi yang diharapkan belum jelas juga. Ada sih yang nawarin, ehh tau-taunya “tipu-tipu” pemirsa !. Lainnya,  ada pula yang disuruh cari orang, aduhh kalo yang satu ini aku sudah alergi (Red : MLM). Aduhh, perjuangan hidup yah ! :)

Untunglah dalam perjuangan di Jakarta ini ada teman yang senasib jadi bisa saling menyemangati (PS : yang lagi mau ke Turkey nih hehehe). Ada pula kenalan baru yang sangat baik hati mau menampung untuk sementara waktu (PS : yang di Cibubur sana hehehe), mengajak jalan-jalan Ke Puncak, Bandung, Bogor, Cianjur, Karawang dll jadilah  bisa menikmati waktu perjuangan ini. Mendapat jalan-jalan gratis kan “sesuatu” banget tuh pemirsa !. Yah semoga semakin banyak orang kayak dia di Bumi ini.

Dan sampailah pada titik dimana aku harus mencari kerjaan lagi ke luar negeri karena sudah merasa “lelah” dan keuangan juga sudah menipis pemirsa !. Ehh ternyata dapat juga tuh dan tidak harus menunggu lama, tidak harus pake “relasi” seperti yang kebanyakan di negeriku terapkan, tidak harus “cuakeep” seperti standar super di negeriku yang masih byk memandang “look is number one”, bahkan menjamin tempat tinggal, makanan dan transportasi, tidak seperti negeriku yang hanya kebanyakan memberikan “basic” semata, tidak setimpal dengan biaya hidup di kota-kota apalagi seperti Jakarta. Ini artinya Tuhan memang mengatur skenario hidup saya lebih banyak di negeri orang dan itu aku anggap “SESUATU”, Alhamdulillah... Will fly away out of this nation soon. Welcome aboard !

PS :

- Rumah bukanlah di mana aku dilahirkan tetapi dimana hatiku berlabuh !

- Dedicate to para TKI dan calon TKI, tetap semangat berjuang !

Salam kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline