Lihat ke Halaman Asli

Ahad Muzakki

Mahasiswa

Perspektif Akademisi terhadap Program Makan Siang Gratis di Indonesia

Diperbarui: 27 November 2024   08:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banner Infografis Program Makan Siang Gratis Prabowo-Gibran Diubah Jadi Makan Bergizi Gratis. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)

Program makan siang gratis di Indonesia telah memunculkan perdebatan yang intens di tengah masyarakat sejak ide ini diusulkan oleh salah satu calon Presiden RI. Kehadiran program tersebut tidak hanya relevan secara nasional, tetapi juga terkait dengan dinamika global yang dipengaruhi oleh krisis keamanan pangan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dalam kerangka pandemi Covid-19, inisiatif serupa di seluruh dunia telah membuktikan efektivitasnya dalam memberikan manfaat yang signifikan, terutama dalam upaya pemulihan dari dampak pandemi dan menghadapi tantangan kelaparan yang semakin meluas.

Meningkatnya kompleksitas krisis keamanan pangan, dipicu oleh pandemi, perubahan iklim, dan konflik global seperti perang di Ukraina, memberikan latar belakang mendesak untuk pembahasan program makan siang gratis. Tantangan ini tidak hanya menjadi masalah nasional, tetapi juga menunjukkan perlunya sinergi dan kerjasama internasional dalam mencari solusi holistik. Dengan inisiatif serupa yang telah diterapkan di berbagai negara, terbukti bahwa kerjasama global memiliki peran sentral dalam mengatasi ketidaksetaraan akses pangan.

Pandemi Covid-19 telah menciptakan gelombang dampak sosial dan ekonomi yang melibatkan seluruh dunia. Salah satu konsekuensinya adalah peningkatan angka kelaparan, khususnya di kalangan anak-anak. Data dari Program Pangan Dunia PBB menunjukkan bahwa lebih dari 150 juta anak dan pemuda di 79 negara menghadapi risiko kelaparan, menggambarkan urgensi perlunya tindakan konkrit seperti program makan siang gratis di sekolah.
Di tingkat nasional, Indonesia tidak hanya menghadapi tantangan kelaparan, tetapi juga permasalahan stunting yang masih cukup tinggi. Survei Status Gizi Nasional (SSGI) 2022 menunjukkan bahwa prevalensi stunting masih di atas standar WHO, menciptakan tekanan tambahan untuk mencapai target nasional pada tahun 2024. Oleh karena itu, program makan siang gratis menjadi semakin relevan dalam mendukung upaya pemerintah dalam menangani masalah gizi dan kesejahteraan anak-anak di Indonesia.

Dari perspektif akademisi, program makan siang gratis di Indonesia memunculkan sejumlah pertimbangan yang perlu dianalisis secara mendalam. Salah satu aspek yang menjadi fokus adalah dampak program ini terhadap peningkatan kualitas pendidikan dan kesejahteraan anak-anak. Secara umum, program makan siang gratis di sekolah telah terbukti menjadi salah satu langkah efektif untuk memperbaiki kesejahteraan anak dan meningkatkan konsentrasi serta partisipasi mereka dalam kegiatan belajar.

Peningkatan Kualitas Pendidikan:
Dengan menyediakan makan siang gratis di sekolah, diharapkan anak-anak mendapatkan asupan gizi yang cukup, yang pada gilirannya dapat memengaruhi kesehatan dan konsentrasi mereka di kelas. Akademisi mengamati bahwa anak-anak yang mendapatkan asupan gizi yang memadai cenderung memiliki kemampuan kognitif yang lebih baik, mempercepat proses belajar, dan meningkatkan pencapaian akademis mereka. Oleh karena itu, program makan siang gratis dapat dianggap sebagai investasi jangka panjang dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia.


Pengentasan Masalah Gizi dan Stunting:
Perspektif akademisi juga menyoroti kontribusi program makan siang gratis terhadap pengentasan masalah gizi dan stunting di Indonesia. Data Survei Status Gizi Nasional (SSGI) 2022 menunjukkan bahwa masih terdapat tantangan signifikan terkait gizi buruk, terutama di kalangan anak-anak. Program ini dapat menjadi langkah awal yang efektif untuk mengatasi masalah ini, memastikan anak-anak mendapatkan asupan nutrisi yang memadai untuk pertumbuhan dan perkembangan optimal.


Dukungan Terhadap Merdeka Belajar:
Dalam konteks pendidikan, program makan siang gratis juga dapat dihubungkan dengan konsep Merdeka Belajar yang sedang digaungkan oleh pemerintah. Dengan memberikan akses makanan yang cukup, program ini mendukung konsep kebebasan belajar, di mana siswa dapat fokus pada pencapaian akademis mereka tanpa terkendala oleh masalah kesejahteraan atau kekurangan nutrisi. Oleh karena itu, dari sudut pandang akademisi, program makan siang gratis dapat dianggap sebagai langkah nyata untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

Meskipun memiliki potensi positif, program makan siang gratis juga dihadapkan pada sejumlah tantangan, seperti masalah keberlanjutan, keamanan pangan, dan peran peternak lokal. Akademisi dapat berperan penting dalam merancang dan menganalisis kebijakan yang memastikan implementasi program ini efektif dan berkelanjutan, sekaligus mengatasi berbagai hambatan yang mungkin timbul selama pelaksanaannya.

Perspektif akademisi juga menekankan pentingnya pengukuran keberhasilan program makan siang gratis melalui evaluasi yang cermat dan sistematis. Penelitian dan analisis yang mendalam diperlukan untuk memahami dampak program ini secara menyeluruh, baik dari segi akademis maupun kesejahteraan anak. Evaluasi ini dapat memberikan masukan yang berharga untuk penyempurnaan dan pengembangan program di masa depan.


Dengan demikian, dari sudut pandang akademisi, program makan siang gratis di Indonesia dapat menjadi instrumen yang signifikan dalam mencapai tujuan pembangunan kesejahteraan anak dan peningkatan kualitas pendidikan. Melibatkan kontribusi dan pemikiran akademisi dalam perancangan, implementasi, dan evaluasi program ini menjadi esensial untuk memastikan dampak yang positif dan berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline