Lihat ke Halaman Asli

Mendorong Aktivitas Fisik pada Anak ADHD melalui Model Literasi Fisik Inklusif

Diperbarui: 23 Oktober 2024   13:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Pribadi 

Perubahan gaya hidup di era Society 5.0 telah menyebabkan pergeseran besar dalam aktivitas fisik anak-anak. Penelitian yang dipimpin oleh Dr. Arief Darmawan.,M.Pd bersama Gema Fitriady., S.Pd., M.Pd dan Dr. Zihan Novitasari., M.Pd dari Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Malang, mengungkapkan bahwa gaya hidup sedentari yang meningkat, akibat globalisasi dan pola makan yang tidak seimbang, telah berkontribusi pada masalah obesitas di kalangan anak-anak.

Anak-anak saat ini mengalami penurunan signifikan dalam aktivitas fisik setiap tahun. Aktivitas fisik yang kurang dapat menghambat kemampuan mereka untuk menjalani kegiatan sehari-hari dengan baik. Sebagaimana diungkapkan oleh Sari dan Wirjatmadi (2016), menjaga kondisi fisik yang baik sangat penting untuk kualitas hidup.

Salah satu bentuk aktivitas fisik yang dianjurkan meliputi berlari, berjalan, dan bersepeda. Menurut Mashuri dan Riyanto, aktivitas jasmani melibatkan usaha untuk melakukan gerakan yang efektif dan efisien guna meningkatkan kesehatan fisik dan mental. Namun, tingkat aktivitas fisik yang rendah bisa menjadi faktor risiko bagi kesehatan, termasuk obesitas.

WHO merekomendasikan agar anak berusia 5-17 tahun melakukan aktivitas fisik dengan intensitas sedang hingga tinggi selama 60 menit setiap hari. Namun, kondisi ini sering kali sulit tercapai, terutama bagi anak-anak dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) yang memiliki tantangan dalam melakukan aktivitas fisik secara terarah.

Anak-anak dengan ADHD sering kali memiliki konsentrasi yang rendah dan cenderung impulsif, yang menghambat pengembangan keterampilan motorik mereka. Oleh karena itu, pendidikan jasmani harus berperan aktif dalam mengembangkan literasi fisik, yang mencakup kemampuan untuk bergerak, memilih gaya hidup sehat, dan mempraktikkan keterampilan gerak.

Konsep literasi fisik menekankan integrasi kemampuan fisik, psikologis, dan sosial. Penelitian ini menunjukkan bahwa literasi jasmani dapat membantu anak-anak tidak hanya dalam aspek fisik, tetapi juga dalam pengembangan keterampilan sosial dan kognitif.

Dalam penelitian ini, tim peneliti mengembangkan model Inclusive Physical Literacy berbasis video modeling untuk anak-anak ADHD. Video modeling adalah teknik yang memungkinkan anak-anak belajar melalui pengamatan perilaku yang diperagakan dalam bentuk video, yang dapat membantu mereka memahami cara melakukan aktivitas fisik dengan benar.

Dengan menggunakan desain penelitian eksperimen randomized control group pretest-posttest. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan signifikan dalam keterampilan motorik dan aktivitas fisik antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

Hasil juga menunjukkan bahwa kelompok intervensi memperoleh skor aktivitas fisik yang jauh lebih tinggi, dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal ini mengindikasikan bahwa intervensi yang dirancang secara inklusif sangat efektif dalam meningkatkan keterlibatan anak-anak dengan ADHD dalam aktivitas fisik.

Kontribusi penelitian ini penting dalam bidang pendidikan inklusif, menunjukkan bahwa pendekatan literasi fisik inklusif dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi siswa berkebutuhan khusus. Temuan ini mendukung kebijakan pendidikan inklusif yang mendorong partisipasi penuh semua siswa, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline