Lihat ke Halaman Asli

Tes Masuk Sekolah Gunakan Nilai UN tak Efektif

Diperbarui: 24 Juni 2015   11:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

[caption id="" align="aligncenter" width="590" caption="Ilustrasi"][/caption] Beberapa minggu setelah pengumuman UN bagi siswa-siswi SD, SMP, SMA beberapa siswa-siswa akan disibukkan lagi dengan mencari sekolah baru untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini menyebabkan tidak hanya siswa dan siswi yang bersibuk diri tetapi juga para orang tua juga. Selain harus mempersiapkan diri yang tak kalah penting adalah mempersiapkan biaya. Biaya yang dikeluarkan oleh orang tua semakin lama tidak akan semakin murah melaikan akan semakin mahal. Untuk mendapatkan pendidikan yang layak di Bumi Pertiwi ini bukan hal yang murah, biaya pendidikan di Indonesia rata-rata tergolong masih sangat mahal untuk dijangkau untuk kalangan menengah kebawah. Selain persoalan biaya, hal yang perlu mendapat perhatian lebih adalah soal sistem PPDB di beberapa sekolah di Indonesia yang bisa saya katakan masih buruk. Menurut saya sistem Penerimaan Peserta Didik Baru yang menggunakan murni nilai Ujian Nasional sangat tidak efektif. Kenapa bisa saya katakan begini ? Menurut saya PPDB menggunakan nilai UN hanya akan menyulitkan siswa dan orang tua. Kenapa demikian, karena sistem PPDB ini akan meng-update realtime nilai dari beberapa siswa selama waktu yang telah ditentukan dan orang tua dan siswa diminta untuk mengecek nilai UN anaknya menurut ranking nilai pendaftar dan kouta yang telah ditentukan pihak sekolah. Selain itu, hal kedua yang perlu diperhatikan adalah nilai Ujian Nasional adalah nilai yang tidak adil. Kenapa dikatakan nilai yang tak adil, dalam pelaksanaan Ujian Nasional masih banyak ditemukan kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh peserta Ujian Nasional, contohnya seperti menggunakan kunci jawaban Ujian Nasional saat pelaksanaan Ujian tersebut. Sebenarnya kasus bocornya kunci jawaban Ujian Nasional sudah banyak diliput oleh media di televisi, tapi entah kenapa tidak ada tindak lanjut dari pihak yang bersangkutan. Banyak juga kabar yang beredar bahwa kunci jawaban Ujian Nasional adalah kunci jawaban palsu, tapi setelah coba dicocokan dengan yang asli, ternyata kunci jawaban nasional tersebut 100% benar. Hal ini menimbulkan ketidakadilan bagi siswa yang lain, yang telah berusaha mati-matian belajar untuk menghadapi Ujian Nasional. Saya lebih setuju jika PPDB menggunakan sistem tes tulis atau tes akademik yang melihat bakat-bakat siswa. Banyak ditemukan siswa-siswi yang nilainya Ujian Nasionalnya tinggi namun ketika mengikuti pembelajaran di kelas pelajar tersebut tidak bisa mengikutinya dengan baik. Hal ini bisa disimpulkan bahwa kepintaran seorang siswa tidak bisa dilihat hanya dari nilai Ujian Nasional saja. Selain itu sistem tes tulis juga sangat efektif untuk menyeleksi kecerdasan setiap siswa. Meski sistem tes tulis memakan uang anggaran daerah pemerintah seharusnya tidak boleh menyepelekan hal ini, karena hal ini mengangkut hajat dan masa depan setiap anak. Jadi bisa disimpulkan sistem PPDB menggunakan sistem tes tulis lebih efektif dan mudah dibandingkan PPBD yang menggunakan nilai Ujian Nasional. Seperti dikatakan Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Sidoarjo Agoes Boedi Tjahjono beliau mendukung jika PPDB ada tes, “Kalau sekolah melakukan tes pada PPDB kompetensi inputnya bisa maksimal,” katanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline