Lihat ke Halaman Asli

Constelatio

Diperbarui: 24 Juni 2015   11:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berjuta benda langit bertaburan di atas sana. Setiap titiknya memiliki keteraturan, ego, filsafat dan keindahan tersendiri. Energi dan warna yang tersampaikan cahayanya pun selalu berbeda di tiap sudut pantulan galaksi. Aku sangat tergila-gila pada rasi bintang yang biasanya disebut Constellatio dalam bahasa latin.


Seperti halnya biduk di angkasa, cinta memiliki karakter berbeda namun di setiap bongkahannya menyimpan apa yang kusampaikan di awal ucap yaitu keteraturan, ego, filsafat dan keindahan. Bukankah bintang memang menawan sehingga keutuhan pesonanya tak dapat ditolak? Tetapi, bukankah bintang tak memiliki bentuk spesifik seperti yang selalu kita bayangkan? Memang, namun apa artinya itu jika kita tetap mengkhayalkan namanya di setiap kata. Iya kan?


Cinta, tak ubahnya sebuah bintang yang pastinya ingin dimiliki setiap manusia. Meski jauh dan tak mudah diraih, manusia akan selalu berusaha menggapai benda mengagumkan itu agar menjadi pendulum sinar untuk jiwa dan hatinya.
Aku selalu memimpikan Aldebaran, bintang paling cemerlang di rasi Taurus. Aku tidak memilih benda lain di galaksi ini meskipun mungkin saja lebih megah dan jenius. Ruang antar bintang memang rapat dan grafiknya akan menunjukkan di mana posisi sebuah bintang berada. Buatku, Aldebaran ada di deretan pertama, deretan utama.


Selain Capella dan Antares, ada Betelgeuse, Neutron, juga Hercules yang memang terkait erat dengan langit luas namun masih saja tak menggeser kedudukan Aldebaran di daftar teratas bintang yang paling kusukai. Garis terikatnya yang kuat menuntunku untuk mengikuti radiasi cahayanya menuju tempat ternyaman di mana aku bisa mengeluh, menangis, tersenyum dan tertawa meski dalam kondisi sulit sekalipun.
Dia mampu menguatkan radar hati di mana bintang jiwaku sendiri yang bersemayam di dalam raga tengah redup dan hampir mati. Itulah cinta yang kubutuhkan, cinta dari bintang yang kupilih. Bagaimana denganmu? Bintang mana yang kau pilih untuk menemani setiap rotasi hidup?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline