Lihat ke Halaman Asli

Agus Sastranegara

bukan pujangga, hanya pemuja kata

"Titip Rindu"

Diperbarui: 1 Maret 2018   23:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Barisan kata menjadi bermakna
Deretan puisi ungkapan kata hati
Biar kudiam dalam sepi
Kan ku pendam lara ini sendiri
Keabadian hanya ilusi

Senja hadirkan sejuta rindu
Semerbak harum mewangi
Seberkas senyummu sejukkan jiwa ini
Malam tidak akan bertahan lama,
Sampai mentari hadirkan seberkas sinar
Wahai angin Utara, sampaikan salam rindu padanya

Jiwa ini telah lama kosong tanpamu
Hdup ini telah mati bersama lara hati
Lihat ku disini, terpaku menunggumu
Hanya malam dan kesunyian yg mengerti
Suatu saat kan engkau sadari
Akulah pangeran berkuda putih itu
Yang akan merajai hatimu

Kusimpan mawar putih layu ini, lambang cinta suci
Bertahanlah hati, penantian ini sementara
wahai bungaku, sabarlah menanti
Jika tidak didunia, kutunggu di alam yang abadi
Semoga disana kita dipersatukan,

Semua kan indah seperti mimpi kita
Bertabur bunga dan canda tawa.
Menari diantara bintang-bintang,
Dibawah sang rembulan..
terbang menembus awan
Puisi ini untuk yang terdalam, yg terindah

yang terlupa, yang masih membekas dalam jiwa

Blora, 1997

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline