Remaja Zaman Now seakan masih mabuk oleh buaian kata-kata romantis yang adadi film Dilan. Mereka seakan terhanyut keindahan permainan kata, rayuan maut ala Dilan. Terkadang anak zaman milenial ini berharap mendapatkan pasangan yang baik, cool, romantis dan perhatian. Sah-sah saja apabila mereka bermimpi seperti itu, toh tidak ada salahnya mempunyai pikiran seperti itu. Ada yang mengatakan bahwa orang yang sedang jatuh cinta hanya sedikit menggunakan akal sehatnya. Siapa sih perempuan didunia ini yang tidak ingin selalu diperhatikan, dari hal sekecil apapun itu.
Bahkan, sebagian perempuan rela menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk merapikan lipstik dibibirnya, atau mereka rela tersiksa disaat menggunakan lensa mata untuk mempercantik penampilannya. Seberapa penting penampilan untuk kaum hawa?. Bagi mereka penampilan adalah hal terpenting dari kehidupan ini, setidaknya penulis melihat dari keseharian anak-anak zaman old smapai zaman now. Secara sederhana saja ada perbedaan mendasar antara bagaimana seorang pria dan perempuan dalam berdandan. Sebagian besar pria hanya butuh waktu yang relatif singkat untuk berdandan, sedangkan perempuan bisa berjam-jam lamanya duduk didepan kaca. Tentinya hal tersebut dimaksudkan agar mereka terlihat sempurna padahal kita tau mana ada sih yang sempurna di dunia ini.
Kita kembali ke topik permasalahan, gaya anak jaman sekarang tentu berbeda dengan jaman dulu termasuk gaya pacarannya. Dengan bergesernya kebudayaan di negara kita ini, kebanyakan menginginkan pasangannya yang menarik, baik tampan, suka bercanda dan kalau bisa yang tajir. Kita sedang membicarakan remaja usia sekolah dari SMP sampai SMA tahun dimana usia yang masih sedikit labil. Mengapa penulis tertarik membahas gaya pacaran anak jaman sekarang dengan pendekatan dari segi ekonomi.
Oke, penulis akan membandingkan pacaran jaman dulu cenderung menerima pasangan apa adanya(walaupun tidak semua). Jaman dulu hanya bermodalkan dengkul dan rayuan sedikit sudah bisa menaklukkan hati perempuan. Hanya dengan diajak makan diwarteg, atau makan bakso diemperan ruko sudah menerima(pengalaman pribafi nih). Sedangkan dengan kemajuan jaman, minimal jika kita mau nge-date ya paling tidak janjiannya di cafe, di mall dan tempat-tempat gaul lainnya.
Bayangkan, jika dulu komunikasi cukup lewat surat menyurat, kini sudah melalui video call. Tentunya membutuhkan gadget dan pulsa. Dalam satu bulan, rata-rata bisa menghabiskan 50ribu untuk membeli kuota internet. Enggak jamannya lagi sms-an dengan pacar. Belum lagi kalau malam minggu, sekali nongkrong di cafe paling murah saja minimal membawa 100ribu, itupun masih ketar ketir cukup enggaknya. Kopi yang jika kita beli di warteg hanya 5ribuan, karena kita belinya di cafe bisa naik menjadi 10ribu belum pajak lho.
Kebayang kan pacaran zaman now itu tidak murah. Negara kita terkenal dengan masyarakatnya yang malas untuk berjalan kaki, jadi jika jalan-jalan paling tidak modal motor dan jika orang tuanya berada bisa menggunakan rida empat kan. Hal diatas hanya perhitungan secara kasar saja, belum lagi jika ada film yang lagi hit's seperti Dilan sekarang ini, biaya untuk satu tiket di kota penulis 30ribu hari biasa dan 40ribu weekend. Dan itu hanya tiket lho, belum masuk makanan ringan, kan tengsi kalau hanya nonton aja.
Selesai nonton emnagnya langsung pulang?, kebanyakan mereka nongktong dulu, foto-foto di cafe atau ne-mall dulu. Ada hal yang cukup membuat tertawa, ternyata tampang sekarang bisa kalah sama tunggangan lho. Maksudnya, ada yang lebih memilih pasangan yang motor atau mobilnya bagus. Atau dengan kata lain hal itu sebagai penunjang dan nilai plus baginya. Apakah itu bisa disebut matre? Itu sih tergantung cara pandang masing-masing.
Coba hitung deh jika satu minggu sekali pergi keluar sama si Doi. Jadi kesimpulannya jaman sekarang ini tidak cukup modal dengkul sama rayuan gombal. Pacaran juga butuh biaya, untuk kalangan muda yang sudah lulus dan bekerja hal tersebut sih bukan masalah besar, akan tetapi jika anak muda itu usia sekolah baik dari SMP maupun SMA itu yang menjadi masalah. Ujung-ujungnya nodong orang tua. Nah satu lagi, kebanyakan anak zaman now itu merayakan aniversary tiap bulan, bahkan tiap minggu tanggal jadian.
Tidak mungkin kan tidak belikan sesuatu, susah ya jadi anak zaman sekarang. Setelah membaca tulisan ini, sebagian pasti menilai penulis ini perhitungan sekali ya. Ini bukan amsalah perhitungan tetapi lebih kepada perbandingan kondisi gaya hidup anak muda zaman sekarang dan zaman dulu. Kebetulan penulis setiap hari berinteraksi dengan jiwa-jiwa muda sehingga pahamlah. Kh iya pembahasan diatas tidak mutlaj berlaku kepada semua orang lho, ada juga kok yang masih menganut sistem lama dan gaya hidupnya tidak neko-neko.
Tapi itu sedikit prosentasenya. Tulisan ini dibuat agar anak zaman now tau bagaimana kondisi zaman dulu dan bisa menjadi reverensi dan diambil pelajarannya. Artinya, jika memang tidak bisa dilarang pacaran, ya sebisa mungkin jangan neko-neko deh. Penulis juga sangat prihatin dengan dampak pacaran swkarang ini, tapi apa boleh buat sepertinya tidak bisa dilarang lagi. Jadk, sebagai orang tua harus lebih waspada dan berhati-hati dalam pengawasannya. Juga dengan anak-anak muda sendiri, harus mengerti pacaran itu hanya untuk berteman dan mebgenalnya saja tidak lebih.
Pertanyaannya, apakah jaman sekarang modal rayuan masih berlaku, jawabannya masih tetapi juga harus ditunjang hal-hal tersebit diatas. Jiak merasa belum mampu dan tidak bisa mendingan berteman aja deh, kan lebih baik berteman karena lebih bebas dan tidak ada sakit hati. Mantan pacar itu ada tapj mantan teman itu tidak ada.