Lihat ke Halaman Asli

Kotagede Situs Dinasti Mataram Islam

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setelah Kerajaan Islam Demak runtuh, pusat-pusat kerajaan di Jawa Tengah pindah berturut-turut, dari Pajang, Kotagede, Kerta, Plered, Kartasura serta Surakarta dan Yogyakarta. Dari bekas kota-kota kerajaan di Jawa Tengah itu, hanya sedikit yang masih ada dan menunjukkan sisa wajahnya sebagai bekas ibukota kerajaan.

Surakarta dan Yogyakarta masih cukup lestari dan berkembang sebagai kota modern yang menjadi ibukota budaya Jawa di masa kini. Bisa dimaklumi karena kedua kota itu berada di rantai akhir Dinasti mataram Islam. Kota Kartasura, meski tetap ramai, namun nyaris tidak mewariskan identitasnya sebagai kota kerajaan. Demikian juga Kerta dan Plered yang telah berubah menjadi desa-desa biasa. Pajang, sebagai bekas kota kerajaan tertua,  bahkan tidak diketahui dengan pasti dimana keberadaannya.

Yang menarik justru ada di Kotagede. Meski Kerta, Plered dan Kartosura yang lahir sesudahnya telah kehilangan identitas, keramaian Kotagede justru tidak banyak berubah sejak hampir 5 abad yang lalu. Lengkap dengan sisa-sisa wajahnya sebagai bekas kota kerajaan.

Sebetulnya, tidak banyak yang tersisa di Kotagede. Namun karaktiristik fisik berikut tradisi sosio-kultural masyarakatnya masih menyisakan identitas yang khas sebagai sebuah bekas kota kerajaan. Meski tidak semuanya utuh, Kotagede masih menunjukkan ciri sebuah kota lama, berikut sejumlah situs peninggalan yang terjaga lestari.

Kotagede yang terletak 6 kilometer di sebelah tenggara kota Yogyakarta adalah situs bekas ibukota Kerajaan Mataram Islam yang didirikan pada abad ke-16 Masehi, dibawah kepemimpinan Panembahan Senopati. Yang menarik, meski kemudian Kerajaan Mataram telah berpindah-pindah dan terpecah belah, Kotagede masih tetap eksis sebagai sebuah kota lama dengan ciri dan situs peninggalannya yang lestari. Meski tidak lagi utuh, berbagai peninggalan masih tersebar di berbagai tempat di sekitar Kotagede.

Riwayat Kotagede diawali sekitar abad ke-15-16 Masehi, dimana Kasultanan Pajang menjadi kerajaan yang berkuasa di Jawa Tengah, setelah runtuhnya Kasultanan Islam di Demak. Masa itu, Ki Gede Pemanahan bersama puteranya Danang Sutawijaya serta Ki Penjawi, berhasil menumpas pemberontakan yang dipimpin oleh Arya Penangsang. Atas jasa-jasanya, Sultan Hadiwijaya yang bertahta di Pajang memberikan hadiah berupa tanah perdikan di daerah Pati dan Mataram. Hadiah tanah di daerah Pati dekat pesisir utara Jawa, yang saat itu sudah menjadi kota yang cukup ramai, diserahkan kepada Ki Penjawi. Sementara Ki Gede Pemanahan lebih memilih tanah di Mataram yang masih berupa hutan belukar, dan dikenal dengan nama Alas Mentaok.

Meski berada di pedalaman, Bumi Mataram dianggap lebih subur dan dilalui aliran sungai, yang saat ini dikenal sebagai Sungai Gajahwong. Sejak saat itulah Ki Gede Pemanahan membangun Bumi Mataram, sekaligus memimpinnya sebagai petinggi dengan gelar Ki Gede Mataram. Kota ini dibangun bersama puteranya Danang Sutawijaya, yang dikemudian hari mendirikan dan memimpin sebuah dinasti baru, Dinasti Mataram Islam, dengan gelar Panembahan Senopati ing Alaga Sayidin Panatagama.

Reportase terkait: Makam Leluhur Dinasti Mataram Islam dan Masjid Besar di Kotagede / Menelusuri Sisa-sisa Benteng Keraton di Kotagede / Kotagede, Wajahmu Kini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline