Maksimalnya sebuah seni pertunjukan khusus untuk generasi muda yang baru/ingin memulai menjadi seorang penata tari, koreografer atau sutradara, pastinya ia harus kreatif, membuka diri terhadap pengetahuan media tradisional dan media modern, bersahabat dengan senior-seniornya dan menerima setiap kritikan. Anak muda harusnya terus berkreasi tanpa batas, harus berkreasi tanpa ada rasa tersendat-sendat, namun semua itu harus berada pada batasannya.
Apabila kita melihat karya-karya seni pertunjukan masa lalu yang kita namakan sebagai seni tradisional adalah karya yang penuh kejujuran. Demikian juga atau cerita-cerita rakyat atau dongeng-dongeng yang diceritakan para orang tua kita yang ada pada masyarakat, sedemikian tinggi khayalan dalam cerita tersebut.
Betapa tinggi perumpamaan, makna dan pesan yang tersirat didalamnya, demikian kuat pengajaran kepada anak cucu kita. Demikian juga dengan dongeng, cerita mistisnya, bahasa dan juga syair-syairnya.
Para pembuat seni pertunjukan tradisional tersebut, cerita rakyatnya, mitos, serta dongengnya begitu efektif dalam mempengaruhi kita sewaktu kecil dulu, sampai sekarang pun masing tersugesti dalam diri kita atau pengaruhnya kuat dalam menggerakkan hati kita untuk percaya.
Namun tidak dapat dipungkiri sebagian besar dari cerita rakyat, mitos dan dongeng tersebut ada benarnya juga karena sebagiannya dikaitkan ke dalam keagamaan. Seperti tidak boleh keluar pada saat magrib, tidak boleh makan dekat pintu, tidak boleh membeli garam malam hari dan sebagainya.
Demikian pula dengan penyusunan cerita yang dibawakan. Dari cerita rakyat dan dongeng tersebut, banyak sudah seniman-seniman kita mengaitkan cerita itu ke dalam seni pertunjukannya. Cerita-cerita rakyat yang di angkat dari perjalanan kisah jaman dulu kemudian diterjemahkan dalam seni pertunjukan di masa sekarang ini tetap menggunakan media tradisional, pastinya di dukung oleh media modern agar pertunjukannya menjadi lebih maksimal.
Di Kepulauan Bangka Belitung, banyak seniman-seiman baik seniman pendidikan atau sarjana seni maupun seniman otodidak baik di pusat kota atau dipelosok-pelosok desa memiliki ide-ide cemerlang dalam memanfaatkan media tradisional didaerahnya, namun tidak dapat dipungkiri pula, seniman pusat kota lebih mudah mendapatkan properti modern atau lebih mudah menemukan bahan-bahannya, seperti alat make up, bahan pakaian, dan properti-properti.
Akan tetapi mereka kekurangan akan bahan cerita tradisional atau haus akan benda-benda antik (tradisional) yang ada diperkempungan. Jadi ada timbal balik dari kelebihan dan kekurangan-kekurangan tersebut.
Kelebihan seniman-seniman di Indonesia, khususnya di Babel, mereka membuat karya dengan tidak meninggalkan norma agamanya, tidak melupakan kedaerahannya dan kuat akan kesopanan. Kebanyakan dari mereka mengutamakan kejujuran dalam mencipta karya baru.
Seni pertunjukan jika didasari dengan kejujuran akan menghasilkan pertunjukan yang lebih alami/natural dan bagus, di tambah kearifan lokal dari si pembuat karya dengan dipengaruhi komunikasi tradisional maupun media tradisionalnya, maka disinilah terdapat nilai jual sseni pertunjukannya, dan seni tradisional pun tetap ada di dalam diri tiap generasi muda kita.