Masyarakat yang ada di kota Sungailiat Kabupaten Bangka masih kental dengan adat istiadat, agama, budaya, dan tradisinya. Hal ini sudah dijalani secara turun temurun dalam kehidupan sehari-harinya. Sungailiat juga merupakan tempat yang mempunyai karakteristik keagamaan yang kuat dan mempunyai ciri khasnya tersendiri, seperti; perayaan "nganggung" (membawa wadah tertutup berisikan makanan-makanan untuk dimakan bersama di masjid-masjid atau balai pertemuan), dan juga dibawa pada saat perayaan hari-hari besar keagamaan, upacara kepercayaan, upacara adat dan sebagainya.
Masyarakat di desa-desa Bangka tidak menutup diri terhadap alat komunikasi modern walau pembangunan daerahnya masih belumlah maju, dan mereka masih percaya sepenuhnya terhadap informasi mengenai adat, adap dan toleransi yang disampaikan tetua desa. Oleh karena itu, informasi dari petinggi daerah, tokoh agama, tetua adat atau opinion leader (pemimpin opini) tentang adat istiadat dan keagamaan masih sangat di percaya.
Di seputaran Kota Sungailiat opinion leader dalam bidang politik, budaya, media massa dan pendapat-pendapat masalah umum begitu diperdulikan masyarakat, namun mereka juga percaya pada berita di media sosial, dan mereka lebih menyukai berita-berita yang ada di internet. Sedangkan opinion leader di dalam masyarakat kota Sungailiat lebih di percaya dalam masalah sosial, politik dan keagamaan.
Pemimpin opini sosial dan keagamaan sangat berpengaruh bagi masyarakat seperti saat ceramah agama, dan kegiatan sosial saat masyarakat menanyakan perihal baik buruknya suatu kegiatan atau tindakan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari dan kegiatan-kegiatan sosial lainnya.
Pada daerah-daerah tertentu, seperti; perumahan kelas menengah keatas, masyarakatnya dalam kehidupan sehari-harinya lebih mendekati pada pola hidup modern seperti pada masyarakat perkotaan umumnya. Mereka lebih banyak tinggal di rumah, pintu-pintu dalam keadaan tertutup, baik pada pagi hari, siang, sore maupun malam hari. Akan tetapi, saat ada salah satu tetangga mengalami musibah seperti meninggal dunia atau saat hari-hari besar agama Islam seperti hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, barulah terlihat mereka keluar rumah dan saling bersilahturahmi, dan itu terjadi hingga 10 hari ke depan atau lebih.
Pada daerah-daerah tertentu juga seperti masyarakat menengah dan menengah kebawah memanfaatkan opinion leader di bidang keagamaan dan bidang sosial sebagai sosok yang penting. Opinion leader itu seperti halnya pemuka adat, pemuka agama, sedangkan politik tidak begitu diperdulikan.
Dalam hubungan dalam masyarakat pedesaan, opinion leader di anggap paling awal mengadopsi ide-ide baru, dapat mengorganisir komunikasi kelompok masyarakat dengan baik dan mampu membujuk orang lain untuk melakukan suatu tindakan. Mereka memiliki pengaruh besar mendorong masyarakat menerima inovasi atau gagasan baru sehingga mereka menjadi sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Ini saya lihat dari saudara jauh saya di kampung, ia merupakan generasi muda yang aktif pulang pergi kota-desa atau berkomunikasi dengan pemerintahan kota, ia mampu membujuk masyarakat desa untuk memilih siapa pemimpin daerah yang baik.
Di Kota Sungailiat Bangka, peran opinion leader masih terbatas, artinya ada satu dua orang saja, dan itu dalam bidangnya masing-masing. Dalam segi politik, penerapan opinion leader dalam segi Politik tidak berpengaruh di lingkungan tertentu. Bahkan tokoh-tokoh politik yang berkampanye di lingkungan itu tidak menampakkannya diri dihadapan masyarakat dan tidak ada yang muncul bertatap muka, mereka hanya menggunakan selebaran berupa kartu nama. Walaupun ada, itu hanya sebagai tim sukses calon.
Dalam segi sosial, Opinion Leader dalam bidang sosial cukup berpengaruh terutama di kalangan ibu-ibu rumah tangga yang biasanya mendapat berita dari mulut ke mulut. Namun ada salah satu orang yang menjadi panutan dan nasehat-nasehatnya disukai ibu-ibu tersebut. Biasaya orang itu aktif dalam bidang sosial dan keagamaan. Dia dianggap sebagai opinion leader, karena dari beliau semua informasi tentang kegiatan sosial, inovasi kegiatan dan keagamaan dapat tersampaikan kepada ibu-ibu, contohnya: memberikan kabar kepada ibu-ibu rumah tangga tentang hari, tanggal dan waktu ceramah agama di masjid, menentukan hari arisan, jadwal latihan kasidah dan menentukan kegiatan-kegiatan sosial lainnya. Beliau juga aktif bersosialisasi baik dalam lingkungannya dan aktif dengan masyarakat luar, dan juga berhubungan dengan isteri-isteri pejabat pemerintahan. Beliau juga menjadi tempat bertanya para ibu-ibu rumah tangga tentang kegiatan-kegiatan yang akan dijalani nanti. Setiap ada acara keagamaan, seperti; sedekahan, cukuran, sunatan, nujuh, 40 hari, dan lain-lain yang dilakukan oleh masyarakat, maka yang punya hajatan akan memberitahukan terlebih dahulu kepada opinion leader mereka, dan beliaulah adalah orang pertama yang akan mendatangi setiap rumah dan memberitahukan hari, tanggal dan jam berapa acara tersebut dilaksanakan.
Demikian juga jika pengurus masjid mengadakan acara ceramah agama, maka biasanya panitia akan memberitahukan acara tersebut kepada beliau agar mengabarkan acara tersebut kepada ibu-ibu dilingkungannya. Jadi pada kasus ini, opinion leader diduduki oleh pelaku komunikasi yang menyandang posisi lebih dahulu mendapat informasi yang kemudian menginformasikan kepada masyarakat.